Ada Kasus Kematian COVID-19 Awal Maret yang Baru Dilaporkan Bulan Ini, Satgas Buka Suara
Nasional

Seorang pria berusia 52 tahun yang positif COVID-19 meninggal dunia pada 3 Maret 2020. Namun kasus kematiannya baru dilaporkan dalam riset tentang klaster corona pertama RI yang terbit bulan Oktober ini.

WowKeren - Riset terbaru bertajuk "The Identification of First COVID-19 Cluster in Indonesia" yang terbit di jurnal The American Society of Tropical Medicine and Hygiene edisi Oktober 2020 melaporkan adanya 11 orang yang masuk dalam klaster corona pertama di Indonesia. Di antaranya, ada seorang pria berusia 52 tahun yang positif COVID-19 dan meninggal dunia pada 3 Maret 2020.

Sebagai informasi, Presiden Joko Widodo dan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto baru resmi mengumumkan kasus COVID-19 pertama di Indonesia pada 2 Maret 2020. Kala itu, Jokowi melaporkan wanita berusia 31 tahun (kasus pertama) dan ibunya yang berusia 64 tahun (kasus keda) terpapar COVID-19 usai melakukan kontak dengan seorang turis Jepang.

Diketahui, pasien pria yang meninggal dunia pada 3 Maret 2020 tersebut juga merupakan salah satu orang yang melakukan kontak erat dengan turis Jepang tersebut. "Orang Jepang melakukan kontak dekat dengan 33 orang, termasuk supir, pemandu wisata, pramusaji di restoran, dan tamu atau peserta di acara dansa. Dan ada 80 orang yang melakukan kontak dengan kasus pertama di Indonesia, seperti keluarga, teman, dan petugas medis. Semuanya diuji," demikian kutipan riset tersebut.

Kasus kematian COVID-19 pada bulan Maret 2020 yang baru dilaporkan bulan Oktober ini lantas ditanggapi oleh Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito. Menurut Wiku, ada kemungkinan alur pencatatan yang tidak sempurna terkait hal tersebut.

"Kemungkinan alur pencatatan yang tidak sempurna," ujar Wiku dilansir Kompas.com pada Selasa (27/10). "Ini terjadi karena belum lazimnya Indonesia dengan masuknya penyakit ini (COVID- 19)."


Lebih lanjut, Wiku menyatakan bahwa hal tersebut harus dikonfirmasi kembali kepada Kementerian Kesehatan yang memiliki data COVID-19 Indonesia. "Hal ini terkait alur pelaporan kasus dan cutpoint pencatatannya. Hal ini harus dikonfirmasi kepada Kemenkes sebagai pemilik big data ini," terang Wiku.

Sebelumnya, ahli biologi molekuler Indonesia, Ahmad Utomo, telah mempertanyakan mengapa kasus kematian COVID-19 pada bulan Maret 2020 baru dirilis tujuh bulan kemudian. "Coba cari archive, di tanggal awal Maret ada enggak pemberitaan bahwa pria berusia 52 tahun yang kontak erat dengan orang Jepang ini meninggal," kata Ahmad.

Ahmad menilai bahwa informasi kematian pasien COVID-19 di klaster pertama Indonesia perlu diketahui oleh publik. Hal ini dianggap sama pentingnya dengan informasi siapa saja yang ada di klaster COVID-19 pertama tersebut.

"Ini penting diketahui publik. Karena seingat saya, di awal Maret narasi pemerintah justru melihat COVID-19, dalam tanda kutip, kurang melihat (COVID-19) secara serius. Padahal ada yang meninggal dan dia kontak erat (dengan orang Jepang)," pungkasnya. "Dan ini mungkin ada alasannya juga, kenapa baru dipublikasikan (laporannya). Coba kalau lebih cepat."

Sebagai informasi, riset klaster corona pertama Indonesia ini disusun oleh tim gabungan. Mereka terdiri dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) Kemenkes, Indonesia Research Partnership on Infectious Disease (INA- RESPOND), serta Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan Kemenkes.

(wk/Bert)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru