Jerman Hingga Belanda Bela Presiden Prancis Emmanuel Macron yang Tuai Kecaman dari Umat Muslim
Getty Images
Dunia

Pemimpin negara-negara seperti Jerman, Belanda, hingga Italia bahkan menilai pernyataan Presiden Turki, Erdogan, yang memojokkan Presiden Macron benar-benar keterlaluan.

WowKeren - Sejumlah petinggi negara Eropa membela Presiden Prancis Emmanuel Macron dari kecaman. Sebelumnya, Macron menjadi sorotan dunia lantaran ucapannya yang dinilai menyudutkan umat Islam.

Dilansir dari CNN, negara-negara seperti Jerman, Belanda, hingga Italia bahkan menilai pernyataan Presiden Turki, Erdogan, soal Macron benar-benar keterlaluan. Kanselir Jerman Angela Merkel salah satunya.

Dalam pernyataannya, Merkel menilai pernyataan Erdogan terlalu berlebihan. "Itu adalah komentar fitnah yang sama sekali tidak dapat diterima," tutur Merkel.

Perdana Menteri Belanda Mark Rutte menyebut pernyataan Erdogan tak sepatutnya disampaikan. Dia mengatakan itu lewat akun Twitter pribadinya. "Kata-kata Presiden Erdogan yang ditujukan kepada @EmmanuelMacron tidak dapat diterima," tulis Rutte.

Sedangkan Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte juga turut mengkritik sikap Erdogan. Menurutnya, sikap Erdogan tersebut malah membuat Turki menjadi semakin sulit untuk memperbaiki hubungan dengan Uni Eropa. "Penghinaan pribadi tidak membantu agenda positif yang ingin dijalin Uni Eropa dengan Turki," tuturnya.

Sebelumnya, Erdogan menyebut umat Islam diperlakukan seperti Yahudi saat Perang Dunia II kala menanggapi konroversi Macron. Erdogan juga sudah menyerukan boikot barang-barang asal Prancis.


Kisruh ini bermula setelah majalah satire Prancis, Charlie Hebdo, mengumumkan menerbitkan ulang kartun Nabi Muhammad pada September lalu. Penerbitan ulang dilakukan untuk menandai dimulainya persidangan penyerangan kantor mereka terkait karikatur itu pada 7 Januari 2015 silam.

Ketika itu, 12 orang termasuk beberapa kartunis terkemuka, tewas dalam serangan yang dilakukan dua bersaudara, Said dan Cherif Kouachi, di kantor Charlie Hebdo, Paris.

Sejumlah politikus Prancis, terutama partai sayap kanan Front Nasional pimpinan Marine Le Pen, mendukung penerbitan karikatur itu serta menghubungkan aksi teror dengan ajaran Islam dan menyuarakan ujaran anti-Islam. Sementara, Presiden Macron menyatakan tidak bisa mencampuri keputusan redaksional majalah.

Selain itu, ada insiden pemenggalan guru sejarah, Samuel Paty, oleh Abdoullakh Abouyezidovitch, seorang remaja berusia 18 tahun yang merupakan pendatang dari Chechnya, di kota kecil Conflans-Sainte-Honorin, Val d'Oise, Prancis, pada Jumat (16/10).

Guru sekolah menengah itu disebut sempat menggelar diskusi soal kartun Nabi Muhammad dengan para muridnya. Pelaku kemudian ditembak mati polisi.

Setelah insiden itu Macron berpendapat tentang, "Dibunuh karena para umat muslim menginginkan masa depan kita". Sejak itu Macron mendapat kritik dari berbagai pihak. Salah satu yang mengkritik Macron adalah Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Ia menyindir Macron atas kebijakannya terhadap kelompok muslim di Prancis dan mengatakan bahwa Macron perlu mengecek kesehatan mental.

Sementara, seruan untuk memboikot barang-barang Prancis bermunculan setelah komentar Presiden Emmanuel Macron terhadap Islam dan Muslim. Boikot tersebut sudah berlangsung di Kuwait dan Qatar.

(wk/luth)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru