Waspada Bahaya Baru Virus Corona, Bisa Picu ‘Antibodi Autoreaktif’
Shutterstock
Health

Studi terbaru yang dilakukan di Emory University, Amerika Serikat mengungkapkan jika virus corona dapat memicu antibodi menyerang tubuh sendiri. Ini cara kerjanya.

WowKeren - Studi baru-baru ini telah memperingatkan bahaya lain dari virus corona. Penelitian yang dilakukan oleh Emory University, Amerika Serikat (AS) membeberkan mengenai bahaya antibodi autoreaktif.

Antibodi autoreaktif yang diderita pasien COVID-19 akan membuat sistem kekebalan menyerang tubuh mereka sendiri. Peneliti mengungkapkan saat ini fenomena antibodi autoreaktif telah terlihat pada beberapa pasien virus corona.

Tak hanya itu, peneliti menjelaskan jika antibodi autoreaktif ini sama sekali tidak menyerang virus corona, namun justru menyasar jaringan sehat di dalam tubuh. Akibatnya, kondisi itu dinilai membahayakan, khususnya bagi pasien kritis COVID-19.

”Dalam sebuah studi yang baru dirilis dan menunggu tinjauan sejawat,” tulis penulis studi, Matthew Woodruff seperti dilansir dari Mirror UK, Rabu (28/10). “Kami menjelaskan adanya temuan mengkhawatirkan pada pasien kritis COVID-19.”


Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis serta mengamati 52 pasien virus corona yang sedang menjalani perawatan intensif. Sebanyak 52 pasien COVID-19 yang menjadi sumber penelitian juga tidak memiliki penyakit autoimun.

Hasil penelitian memberikan data jika lebih dari setengah pasien tersebut dinyatakan terkena antibodi autoreaktif. Woodruff menjelaskan temuan ini didapat pada pasien dengan tingkat protein c-reaktif (penanda peradangan) tertinggi dalam darah, lebih dari dua pertiga menunjukkan bukti bahwa sistem kekebalan mereka memproduksi antibodi yang menyerang jaringan mereka sendiri.

”Bisa jadi penyakit virus yang parah secara rutin menghasilkan produksi autoreaktif antibodi dengan sedikit konsekuensi,” jelas Woodruff. “Ini mungkin pertama kalinya kami melihatnya. Kami juga tidak tahu berapa lama autoreaktif antibodi ini bertahan.”

”Data kami menunjukkan bahwa mereka relatif stabil selama beberapa minggu,” sambungnya. “Tapi, kami memerlukan studi lanjutan untuk memahami apakah mereka terus berlanjut secara rutin setelah pemulihan infeksi.”

(wk/lian)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru