Uni Eropa Disebut Terancam Kewalahan Hadapi Pandemi Corona
Dunia

Menurut data WHO, lebih dari 1,3 juta kasus positif COVID-19 baru dilaporkan di Eropa sepanjang pekan lalu. Banyak RS di negara Uni Eropa yang mulai kewalahan menerima pasien COVID-19.

WowKeren - Sistem fasilitas kesehatan di Uni Eropa terancam kewalahan dalam menghadapi pandemi virus corona (COVID-19) jika tidak ada tindakan yang segera diambil. Hal ini disampaikan oleh Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen pada Kamis (29/10), usai para pemimpin Uni Eropa melakukan pertemuan untuk menemukan titik temu tentang pengujian COVID-19 dan strategi vaksinasi, serta meningkatkan koordinasi dalam memerangi lonjakan jumlah infeksi di seluruh benua.

Menurut Von der Leyen, Uni Eropa telah menyediakan € 220 juta (Rp 3,52 triliun) untuk segera memindahkan pasien COVID-19 melintasi perbatasan untuk mendapatkan perawatan di negara anggota lainnya. Komisi Eropa juga menyatakan pihaknya tengah mengintensifkan upaya untuk mendapatkan vaksin COVID-19 potensial.

Diketahui, Uni Eropa kini sedang dalam pembicaraan dengan empat perusahaan untuk mendapatkan vaksin. Uni Eropa juga telah menandatangani kesepakatan pasokan dengan tiga perusahaan lainnya, termasuk AstraZeneca, Sanofi dan Johnson & Johnson.

Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lebih dari 1,3 juta kasus COVID-19 baru dilaporkan di Eropa sepanjang pekan lalu. Banyak rumah sakit di negara Uni Eropa yang mulai kewalahan menerima pasien COVID-19.


Sejumlah negara seperti Jerman, Prancis, hingga Italia menerapkan kebijakan lockdown berbagai tingkat. Oleh sebab itu, 27 pemimpin negara Uni eropa merasa perlu untuk mengadakan pembicaraan mendesak. "Saya mengerti betapa lelah dan khawatirnya setiap orang, tetapi sekaranglah waktunya untuk kesabaran, tekad dan disiplin bagi kita semua," tutur Von der Leyen dilansir DW pada Jumat (30/10).

Seruan untuk koordinasi lebih baik antara negara-negara Uni Eropa pun semakin kencang. Para pemimpin blok tersebut juga ingin menghindari perpecahan yang telah membayangi Uni Eropa ketika pandemi corona pertama kali muncul karena negara-negara anggota saling bersaing untuk mendapatkan peralatan medis yang langka.

Von der Leyen setuju bahwa perlu ada pengujian COVID-19 besar-besaran dan mengatakan bahwa sistem fasilitas kesehatan Eropa berisiko kewalahan "jika kita tidak bertindak segera". Ia juga menyerukan negara-negara Eropa untuk mengumpulkan data virus corona karena "penggunaan uang yang baik membutuhkan informasi yang baik sebagai gantinya".

Selain itu, Von der Leyen memperingatkan bahwa negara-negara Eropa bertindak terlalu cepat dalam melonggarkan lockdown setelah gelombang awal infeksi awal tahun ini. Namun ia juga mengimbau agar negara-negara Uni Eropa tidak menutup perbatasan mereka agar ekonomi blok tersebut tak terluka.

"Hanya butuh sedikit waktu untuk memahami bahwa ini (penutupan perbatasan) menghambat pasar tunggal, arus barang," pungkas Von der Leyen. "Itu tidak menghentikan penyebaran virus."

(wk/Bert)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru