Jadi Pecandu Lalu Hijrah, Ini Riwayat Pelaku Penyerangan Keji Di Prancis
AFP/Valery Hache
Dunia

Teror di sebuah gereja Prancis yang diwarnai dengan aksi penusukan dan pemenggalan telah mendapat sorotan dunia. Kini, riwayat hidup seputar pelaku penyerangan akhirnya terungkap.

WowKeren - Teror yang terjadi di gereja basilika Notre-Dame, Prancis pada Kamis (29/10) waktu setempat telah menuai kecaman dari beberapa negara. Peristiwa penyerangan tersebut diwarnai dengan aksi penusukan dan pemenggalan yang menewaskan tiga orang di dalam gereja.

Pelaku penyerangan sendiri berhasil dilumpuhkan dengan tembakan oleh kepolisian Prancis. Setelah menangkan pelaku, polisi mengindentifikasi sosok pelaku yang bernama Brahim Aouissaoui. Brahim rupanya seorang imigran asal Tunisia yang berusia 21 tahun.

Dilansir dari AFP, Brahim selama ini tinggal bersama keluarganya dengan sederhana di daerah Sfax. Pria Tunisa kelahiran 1999 itu tiba di Eropa pada 20 September lalu di Lampedusa, pulau Italia di lepas Tunisia yang merupakan titik pendaratan utama bagi para migran dari Afrika.

Riwayat hidup Brahim pun terus terungkap seiring dengan aksi penyerangannya. Ia disebutkan oleh kerabatnya mulai mengalami perubahan sikap sebelum menuju Eropa. Brahim rupanya sempat mengisolasi diri dari pergaulan dan memperdalam ilmu agama selama 2 tahun sebelum pergi ke Prancis.

Ibu Brahim menceritakan putranya selalu menunjukkan sikap baik sebelum berangkat ke Eropa. Hal ini terlihat dari kebiasaan Brahim yang rajin beribadah dan hanya keluar rumah untuk bekerja saja. “Dia selalu beribadah. Setiap hari dia bekerja lalu kembali pulang ke rumah,” kata sang Ibu seperti dilansir dari AFP, Jumat (30/10).

Lebih lanjut sang ibu mengungkapkan jika Brahim telah putus sekolah. Sebelum mendekatkan diri pada agama, Brahim diceritakan kerap mabuk-mabukan dan menggunakan narkoba. Ibu Brahim pun berkali-kali terus menegur putranya agar memperbaiki sikap.


”Kita miskin dan kamu membuang-buang uang (untuk membeli alkohol atau narkoba)?” kata sang Ibu kepada putranya di masa lalu. “Dia akan menjawab, 'Jika Tuhan menghendaki, maka saya akan dibimbing-Nya ke jalan yang benar. Itu semua urusan saya'.”

Ucapan Brahim tersebut rupanya benar-benar terjadi saat ia memutuskan untuk mengubah dirinya dan rajin beribadah. Ia juga berusaha membantu keluarganya dengan berjualan bensin. Kios bensin tersebut dibuka dengan uang hasil tabungannya selama bekerja sebagai montir sepeda motor.

Selanjutnya, Brahim memutuskan pergi ke Eropa untuk mencari pekerjaan yang lebih layak. Meski sempat gagal, Brahim tidak pernah memberi tahu keluarganya dan kembali berangkat lagi pada September lalu. Ia berhasil tiba di Pulau Lampedusa pada September.

Sesampainya di Italia, Brahim langsung dikarantina oleh otoritas setempat sesuai protokol kesehatan pencegahan COVID-19. Namun, ia justru diperintahkan keluar dari wilayah Italia. Brahim lantas melanjutkan perjalanan dan tiba di Prancis pada awal Oktober ini.

Pihak keluarga sendiri menjelaskan Brahim pergi ke Prancis karena menilai ada kesempatan bekerja memanen buah zaitun. “Brahim mengaku ingin pergi ke Prancis karena terlalu banyak orang di Italia, sehingga lebih baik bekerja di Prancis,” kata saudara kandung Brahim.

Kerabat mengatakan Brahim terakhir menghubungi mereka pada tanggal 28 Oktober lalu dan memberitahukan telah tiba di Prancis. Oleh sebab itu, keluarga pun terkejut saat Brahim menjadi pelaku penyerangan keji yang terjadi di sebuah gereja.

Dalam penyerangan ini, Brahim menggorok leher seorang pengurus gereja yang sedang mempersiapkan misa. Tak sampai disitu, pelaku juga memenggal kepala seorang wanita lansia yang berada di dalam gereja dan melukai satu wanita lainnya.

(wk/lian)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait