Dukung Prancis, Partai di Denmark Umumkan Bakal Buat Iklan Kartun Nabi Muhammad
Dunia

Penerbitan kartun ini ditujukan untuk keluarga Samuel Paty, seorang guru Prancis yang kepalanya dipenggal usai menunjukkan karikatur Nabi Muhammad pada muridnya.

WowKeren - Seakan tak berkaca dari Prancis dan Presiden Emmanuel Macron yang kini tengah menuai kecaman dari umat Muslim dunia, sebuah partai sayap kanan di Denmark justru mengumumkan kampanye untuk menerbitkan ulang kartun yang menggambarkan Nabi Muhammad.

Dilansir dari Reuters pada Sabtu (31/10), penerbitan kartun ini ditujukan untuk keluarga Samuel Paty, seorang guru Prancis yang kepalanya dipenggal usai menunjukkan karikatur Nabi Muhammad pada muridnya di sekolah. "Pembunuhan Samuel Paty memicu kampanye, kami ingin menunjukkan dukungan kami untuk keluarganya dan untuk kebebasan berbicara," ujar pemimpin Nye Borgerlige (The New Right), Pernille Vermund.

Partai anti-imigrasi ini meluncurkan penggalangan dana untuk menerbitkan iklan dengan gambar karaikatur yang dirilis oleh majalah Charlie Hebdo di surat kabar Denmark. Kampanye itu pun diumumkan melalui situs partai tersebut.

Akan tetapi Vermund mengatakan bahwa dirinya tidak yakin tentang kemungkinan untuk menerbitkan gambar-gambar itu. "Namun, sebagai seorang politisi, kewajiban saya adalah bahwa perkembangan masyarakat mengarah pada lebih banyak kebebasan berbicara, bukan berkurang," katanya.

Sedangkan editor tabloid Dermark Extrabladet, Poul Madsen, mengatakan hanya akan memutuskan iklan ketika telah melihatnya dan bukan sebelum pengajuan itu ada. "Kami mengutuk terorisme Muslim dan 100 persen mendukung Prancis, pembunuhan dan kebebasan berbicara tetapi selalu dengan hati-hati memperhatikan karyawan kami dan mereka yang sangat rentan," tulis Madsen di Twitter.

Kartun yang menggambarkan Nabi Muhammad diterbitkan pertama kali oleh harian Denmark Jyllands-Posten pada 2005. Peristiwa itu menyebabkan protes dan kemarahan yang meluas di antara banyak komunitas Muslim.


Kemudian media satir Prancis Charlie Hebdo menerbitkannya kembali pada 2006 untuk membela kebebasan berbicara. Pada 2015, surat kabar itu menjadi sasaran serangan milisi yang menewaskan 12 orang, di antaranya jurnalis dan kartunis.

Kisruh kemudian bermula saat Charlie Hebdo memutuskan untuk menerbitkan ulang karikatur tersebut pada September lalu. Penerbitan ulang dilakukan untuk menandai dimulainya persidangan penyerangan kantor mereka terkait karikatur itu pada 7 Januari 2015 silam.

Sejumlah politikus Prancis, terutama partai sayap kanan Front Nasional pimpinan Marine Le Pen, mendukung penerbitan karikatur itu serta menghubungkan aksi teror dengan ajaran Islam dan menyuarakan ujaran anti-Islam. Sementara, Presiden Macron menyatakan tidak bisa mencampuri keputusan redaksional majalah dengan dalih kebebasan berekspresi.

Selain itu, ada insiden pemenggalan guru sejarah, Samuel Paty, oleh Abdoullakh Abouyezidovitch, seorang remaja berusia 18 tahun yang merupakan pendatang dari Chechnya. Guru sekolah menengah itu disebut sempat menggelar diskusi soal kartun Nabi Muhammad dengan para muridnya. Pelaku kemudian ditembak mati polisi.

Setelah insiden itu Macron berpendapat tentang, "Dibunuh karena para umat muslim menginginkan masa depan kita". Tak hanya itu, Macron juga menyebut Islam tengah mengalami krisis. Dia juga menuding Islam bertekad mengubah nilai-nilai liberalisme dan sekularisme di Prancis.Sejak itu Macron mendapat kritik dari berbagai pihak.

Bahkan pada Kamis (29/10), Prancis didera serangan teror yang terjadi di sekitar Gereja Notre-Dame Basilica, Nice. Seorang laki-laki asal Tunisia memenggal kepala seorang perempuan dan membunuh dua orang lainnya di gereja tersebut. Polisi berhasil menembak pelaku dan membawanya pergi. Disebutkan bahwa pria tersebut meneriakkan "Allahu Akbar!" saat melakukan aksinya.

(wk/luth)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait