Memprediksi Nasib Donald Trump Setelah Lengser dari Kursi Presiden AS
Getty Images/Ethan Miller
Dunia

Meski Trump masih tak menerima hasil pilpres, tapi banyak yang bertanya-tanya bagaimana kelanjutan nasib sang Presiden jika ia harus keluar dari Gedung Putih dan memberikan tampuk kepemimpinan pada Biden.

WowKeren - Hasil pilpres AS telah menunjukkan bahwa pasangan Joe Biden dan Kamala Harris berhasil mengungguli petahana Donald Trump dan Mike Pence. Bila berlangsung lancar, pelantikan Biden akan dilakukan dalam waktu lebih dari dua bulan mendatang, tepatnya pada Januari 2021.

Namun, hingga kini Donald Trump masih menolak mengakui kemenangan Biden di pilpres AS. Bahkan ia dan pendukungnya dari Partai Republik berencana mengajukan gugatan hasil pilpres yang menurutnya dibumbui kecurangan, kendati ia sama sekali tidak memiliki bukti apapun.

Selain menuntut hasil pemilu ke pengadilan, Trump dan pemerintahannya disebut berupaya mempersulit proses transisi pemerintahan kepada Biden. Kepala Pelayanan Umum Pemerintahan (General Services Administration/GSA) yang dipilih Trump, Emily Murphy, masih menolak menandatangani sejumlah dokumen agar masa transisi bisa segera dimulai. Tanpa persetujuan GSA, dana transisi dan sumber daya lainnya tidak dapat mengalir ke Biden dan timnya.

Selain itu, Biden dan tim transisinya juga masih belum diberi akses terhadap informasi intelijen. Trump bahkan melarang Kemlu AS memberi Biden akses terhadap tumpukan pesan dari sejumlah kepala negara asing.

Terlepas dari klaim Trump soal kecurangan pilpres, mayoritas warga AS bahkan para pemimpin negara lainnya sudah mengakui kemenangan Biden. Kini, banyak yang bertanya-tanya bagaimana kelanjutan nasib Trump jika ia harus keluar dari Gedung Putih dan memberikan tampuk kepemimpinan AS pada Biden.

Tuntutan Hukum

Sebuah kebijakan Departemen Kehakiman AS, yang dibuat pada tahun 1973 selama skandal Watergate yang kemudian menjatuhkan Presiden Richard Nixon, telah mencegah pengadilan mendakwa presiden yang sedang menjabat. Meninggalkan Gedung Putih akan mencabut kekebalan ini dari Trump sebagai seorang presiden, membuatnya berpotensi menghadapi banyak tuntutan hukum yang menumpuk selama empat tahun dia menjabat.

Di negara bagian New York, saat ini sedang berlangsung investigasi kriminal dan perdata terhadap praktik bisnis Trump. Presiden juga menghadapi tuntutan hukum dari para perempuan yang menuduhnya melakukan pelecehan seksual.


Tumpukan Utang dan Pajak

Pada bulan September, penyelidikan pajak Trump oleh New York Times mengungkapkan bahwa presiden berhutang lebih dari 400 juta dolar AS (sekitar Rp 5,65 triliun), sebagian besar kepada Deutsche Bank, dengan masa jatuh tempo empat tahun ke depan.

Beberapa hari sebelum pemilu, eksekutif senior Deutsche Bank mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa kekalahan Trump akan membuat pemberi pinjaman tidak terlalu canggung untuk menuntut pembayaran kembali pinjaman.

Trump juga menghadapi kemungkinan harus membayar kembali uang pengembalian pajak sebesar 72 juta dolar AS (sekitar Rp 1 triliun) yang dia klaim pada tahun 2010, audit yang sedang berlangsung melihat klaim kerugian oleh Trump sebesar 1,4 miliar dolar AS (kurang lebih Rp 19,8 triliun) pada tahun 2008 dan 2009.

Kembali Mengurus Bisnis Keluarga

Presiden Trump disebut masih memiliki lebih dari 500 usaha, termasuk hotel, resor, dan klub golf. Anak-anak Trump yang sudah dewasa memang telah mengambil alih manajemen harian The Trump Organization begitu dia menjabat, tetapi Trump tetap mempertahankan akses ke aset bisnisnya.

Setelah lengser, Trump dapat kembali ke peran yang lebih aktif di kerajaan bisnisnya. Namun, sebagian besar kepemilikannya berada di real estat dan hotel, dan majalah bisnis Forbes memperkirakan bahwa The Trump Organization telah mengalami pukulan signifikan selama pandemi virus corona. Valuasi bisnisnya turun 1 miliar dolar, menjadi 2,1 miliar dolar AS antara tanggal 1 - 18 Maret 2020.

Terlepas dari hal tersebut, pasangan capres-cawapres Joe Biden-Kamala Harris berhasil meraih posisi presiden-wakil presiden setelah melewati perolehan 270 suara elektoral. Sedangkan rivalnya, Trump-Pence, meraih 214 suara elektoral. Dalam pernyataan resminya, Biden mengungkapkan rasa bangga akan kepercayaan rakyat AS padanya dan Kamala Harris untuk mengampu masa jabatan berikutnya.

Para pemimpin dunia, termasuk sekutu AS telah memberi selamat kepada Joe Biden yang unggul dalam Pilpres AS. Mereka antara lain Presiden Prancis Emmanuel Macron, dan Perdana Menteri Irlandia Micheál Martin, Kanselir Jerman Angela Merkel, hingga Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

(wk/luth)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru