Sempat Santai Hadapi Corona, Swedia Terapkan Kebijakan Ketat Usai Alami Lonjakan Gelombang II
Dunia

Swedia sempat menjadi sorotan dunia karena respons negara ini yang dianggap cenderung santai saat pandemi seperti tidak menerapkan lockdown dan mewajibkan pemakaian masker

WowKeren - Pemerintah Swedia telah mengambil langkah ketat untuk membatasi jumlah pertemuan publik. Langkah ini diambil sebagai respons terhadap datangnya gelombang kedua virus corona.

Hampir setiap hari Swedia mencatat rekor penambahan kasus. Lonjakan jumlah pasien juga memberikan tekanan pada rumah sakit. Menyikapi hal ini, pemerintah menentukan batas pertemuan maksimal dihadiri oleh 8 orang. Hal ini disampaikan oleh Perdana Menteri Stefan Lofven pada konferensi pers pada hari Senin (16/11).

Adapun kebijakan ini akan berlaku mulai pekan depan, Selasa (24/11). Menteri Dalam Negeri Mikael Damberg mengatakan pemberlakuan batas maksimal pertemuan hingga 8 orang akan berlangsung selama empat minggu. Namun, tidak menutup kemungkinan jika kebijakan ini akan diperpanjang hingga libur Natal dan Tahun baru. Menurutnya, banyak masyarakat yang mulai lengah dan berpikir "jika bahaya sudah berakhir"

Lofven menekankan jika pandemi ini menjadi tanggung jawab setiap orang agar tidak semakin menyebar. Ia melarang masyarakat untuk pergi keluar.


"Ini akan lebih buruk. Lakukan tugas Anda dan bertanggung jawablah untuk tidak menyebar virus ke orang lain," tegasnya. "Ini adalah aturan norma baru bagi seluruh warga. Jangan pergi ku pusat kebugaran, perpustakaan, dan jangan menggelar acara makan-makan. Batalkan."

Masyarakat Swedia diimbau untuk tidak bersosialisasi dengan siapapun di luar rumah mereka. Pandemi COVID-19 menyerang Swedia beberapa minggu lebih lambat dibanding negara-negara Eropa lainnya. Kendati demikian, sejak awal bulan jumlah infeksi baru telah mengalami lonjakan. Begitu juga dengan angka kematian. Lebih dari 6.000 orang dengan COVID-19 telah meninggal di negara itu sejak pandemi dimulai.

Swedia sempat menjadi sorotan dunia karena respons negara ini yang dianggap cenderung santai saat pandemi. Alih-alih menerapkan lockdown dan mewajibkan pemakaian masker, pemerintah setempat justru mendorong warganya untuk tetap beraktivitas normal dan membuka seluruh kegiatan perekonomian kendati kurva kasus sedang berada di puncaknya.

"Kami tidak percaya pada penguncian total," kata Lofven. "Kami yakin bahwa tindakan yang telah kami ambil sudah tepat."

(wk/zodi)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait