Tertular Gurunya di Sekolah, 2 Siswa SD Gunungkidul Positif COVID-19
Nasional

Dua siswa sekolah dasar (SD) di Kapanewonan Patuk Gunungkidul dinyatakan positif COVID-19 usai tertular dari gurunya yang berasal dari Kabupaten Kulon Progo, saat belajar di sekolah.

WowKeren - Dua siswa sekolah dasar (SD) di Kapanewonan Patuk Gunungkidul terkonfirmasi positif corona (COVID-19). Kedua siswa tersebut tertular dari sang guru yang berasal dari Kabupaten Kulon Progo, saat belajar di sekolah.

Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul, Dewi Irawaty mengungkapkan jumlah pasien positif COVID-19 di wilayah kabupaten Gunungkidul bertambah 14 orang pada Senin (23/11) kemarin. Dua diantaranya adalah siswa SD di wilayah Kapanewonan Patuk yang berumur 10 tahum dan 9 tahun.

"Warga Gunungkidul yang terkonfirmasi positif COVID-19 mencapai 425 orang di mana yang sembuh ada 345 orang," ungkap Dewi, Senin (23/11). "Dan yang dirawat di rumah sakit ada 65 orang, sisanya melakukan isolasi mandiri."

Ketika dikonfirmasi terkait dua pasien positif adalah siswa SD di Patuk, Dewi membenarkannya. "Iya (tertular di sekolah)," tegas Dewi.


Diketahui, kedua siswa yang tertular dari gurunya tersebut hingga kini melakukan isolasi mandiri di rumah mereka masing-masing. Dewi menyebutkan jika pihaknya akan terus melakukan upaya untuk melakukan penulusuran riwayat kontak erat 2 siswa SD tersebut.

Sekolah tatap muka sendiri sebelumnya telah diizinkan untuk dibuka kembali di zona kuning dan hijau menurut peta sebaran COVID-19. Sedangkan untuk zona merah dan oranye masih belum disarankan untuk buka kembali.

Namun, baru-baru ini Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim telah mengizinkan sekolah tatap muka dibuka kembali mulai Januari 2021. Kali ini kebijakan Nadiem tersebut menitikberatkan kepada keputusan pemerintah daerah tanpa terlalu memerhatikan peta zonasi risiko.

"Peta zonasi risiko tidak lagi menentukan pemberian izin tatap muka," terang Nadiem dalam jumpa pers virtual, Jumat (20/11). "Tapi Pemda yang menentukan dengan cara yang lebih gradual."

Sayangnya, keputusan tersebut mendapatkan kritikan dari ahli epidemiologi yang menilai kebijakan tersebut berbahaya dan tidak realistis. Pasalnya, situasi Indonesia saat ini yang sedang mencatatkan tingkat penularan virus corona (positivity rate) di atas 10 persen. Angka tersebut sangatlah tinggi jika berpatokan dari standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

(wk/nidy)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait