Vaksin Corona Segera Masuk, Ada Potensi Pemerintah Tak Lagi Biayai Pasien COVID-19?
Nasional

Guru Besar FKM UI Prof Hasbullah Thabrany membuka peluang Indonesia tak lagi membiayai perawatan pasien COVID-19 jika program vaksinasi berjalan lancar, ini penjelasannya.

WowKeren - Rencana vaksinasi COVID-19 terus dimatangkan oleh pemerintah meski masih menuai banyak pro dan kontra di kalangan masyarakat. Banyak yang masih meragukan efektivitas serta keamanan dari vaksin penangkal infeksi virus Corona tersebut.

Menanggapinya, Guru Besar FKM Universitas Indonesia Prof Hasbullah Thabrany meminta publik untuk lebih menyadari pentingnya vaksinasi COVID-19. Sebab jika sudah divaksin, risiko penularan COVID-19 bisa menurun sampai 90 persen.

"Dengan kita mempunyai vaksin kita bayar vaksin katakanlah Rp 200 ribu, tapi kan setelah itu 90 persen efektivitasnya kita aman. Jadi tidak kena apa-apa, ada peluang hanya 10 persen," kata Prof Thabrany dalam sebuah diskusi virtual, Kamis (26/11). "Kalau kita sudah divaksinasi 90 persen tenang selama satu periode, bisa 6 bulan atau satu tahun."

Secara tersirat Thabrany pun mengingatkan Indonesia bisa mencabut status pandemi jika kasus Corona sudah lebih terkendali akibat vaksinasi. Dengan demikian, bisa jadi biaya perawatan pasien COVID-19 di masa depan tak lagi ditanggung negara.

Sebab besar potensi pandemi COVID-19 akan terkendali akibat intervensi vaksin. Dengan demikian, status pandemi akan dicabut sehingga mengharuskan pasien positif COVID-19 untuk berobat sendiri.


"Kalau kita tidak mau keluarkan untuk vaksinasi saya bisa jadi tahu tahu kena dan saya harus bayar Rp 200 juta," jelas Thabrany, dilansir dari Kumparan. "Jangan lupa yang sekarang dijamin negara karena kita masih masa pandemi, sesuai UU Karantina."

"Setelah vaksin, tak boleh lagi masuk pandemi. Maka negara tak tanggung lagi. Kalau kita tidak punya jaminan bayar sendiri. Kalau kita punya JKN atau bayar BPJS mereka yang akan bayar," imbuhnya.

Karena itulah, Thabrany mendorong masyarakat untuk "rela" jika harus mengakses vaksinasi secara mandiri alias membayar swadaya. Sebab nilai yang dikeluarkan untuk membeli vaksin jauh lebih terjangkau ketimbang berobat untuk menyembuhkan COVID-19.

"Kita cuma bayar Rp 200 ribu, coba kalau tidak suntik bisa Rp 100 juta perawatan. Terus kita merasa waduh mahal Rp 200 atau Rp 300 ribu. Kalau saya Rp 1 juta pun saya bayar," urainya. "Karena dengan itu saya terjamin 90 persen, saya tidak akan keluar biaya (perawatan) lebih dari itu."

"Jadi risikonya berat, kalau tidak mau vaksinasi. Bisa-bisa kita dalam keadaan meragukan atau tidak pasti kalau kena (COVID-19) dan berat bisa menghabiskan (biaya perawatan) Rp 200 juta. Enggak nyaman hidup itu," pungkas Thabrany.

(wk/elva)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait