Vaksin Corona di Depan Mata, Imunolog: Jangan Dulu Santai Karena Masih Ada Mutasi Virus
Nasional

Koordinator Program Studi Magister Imunologi dari Universitas Airlangga (Unair) Theresia Indah Budhy S lantas menjelaskan bahwa tidak semua masyarakat Indonesia perlu disuntik oleh vaksin corona.

WowKeren - Masyarakat Indonesia kini tengah menanti vaksin virus corona (COVID-19) yang masih menunggu izin penggunaan darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Koordinator Program Studi Magister Imunologi dari Universitas Airlangga (Unair) Theresia Indah Budhy S lantas menjelaskan bahwa tidak semua masyarakat Indonesia perlu disuntik oleh vaksin corona.

Theresia menjelaskan bahwa belum ada data uji klinis yang menyebutkan jika vaksin bisa diberikan kepada kelompok usia di bawah 18 tahun dan di atas 59 tahun. Ini berarti, jika vaksin corona diberikan kepada masyarakat kelompok usia tersebut, maka dikhawatirkan hasilnya bisa kurang bagus. Oleh sebab itu, cukup masyarakat usia produktif saja yang dinilai perlu mendapatkan vaksin corona.

"Namun, tidak semua orang harus divaksin, karena belum ada data uji klinis vaksinasi dilakukan pada usia di bawah 18 tahun dan di atas 59 tahun," tutur Theresia dilansir Republika pada Senin (21/12). "Kalau mereka (usia 18 tahun sampai 59 tahun) yang sudah diberikan vaksin maka mereka tidak menularkan ke yang lainnya karena banyak kelompok usia produktif ini menjadi orang tanpa gejala. Jadi, mereka bisa mendapatkan vaksin ini."

Ia juga menyebutkan bahwa secara teoritis, cukup 70 persen dari populasi total yang divaksin untuk mencapai herd immunity atau kekebalan kelompok dan menghentikan penularan. Namun, Theresia juga mengingatkan bahwa sistem imunitas bersifat individual, sehingga tidak semua orang akan menghasilkan respons yang sama.

Selain itu, Theresia juga menegaskan bahwa hal yang perlu dikhawatirkan adalah mutasi virus corona usai vaksin ditemukan. Ia menjelaskan bahwa COVID- 19 adalah mutasi virus dari MERS-CoV, yang kemudian menjadi SARS dan bermutasi menjadi SARS-CoV-2 seperti sekarang. Bahkan, mutasi COVID-19 yang baru terbukti kembali terjadi di Jerman.


"Kalau sudah masuk ke inang yaitu manusia, baik lewat mata, hidung, pernapasan dan tinggal di receptor Angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2) maka bisa berubah lagi virusnya," jelas Theresia. "Jadi, virus terus menyesuaikan dengan inangnya yang berbeda."

Dengan demikian, tutur Theresia, ada kemungkinan COVID-19 kembali bermutasi kemudian masuk tubuh yang sudah mendapatkan vaksin. Ia mengakui bahwa tubuh yang sudah divaksin COVID- 19 akan menghasilkan antibodi, namun bisa jadi tidak mengenali virus yang bermutasi ini.

Oleh sebab itu, Theresia berharap agar vaksin corona yang nantinya disuntikkan mampu menghadapi virus terganas sehingga dapat mengatasi mutasi tersebut. Ia pun berpesan agar masyarakat tidak merasa santai meski nantinya telah mendapatkan suntikan vaksin.

"Jangan dulu santai karena masih ada mutasi virus," tutur Theresia. "Sementara vaksin hanya untuk mutasi virus yang sebelumnya sudah ada, sehingga ketika ada virus baru, antibodi tubuh kita belum kenal virus yang baru."

Ia juga meminta agar skrining virus corona tetap dilakukan, terutama di pintu masuk ke luar negeri. Selain itu, protokol kesehatan 3M yaitu memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan juga tidak boleh dilupakan.

(wk/Bert)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru