Masyarakat Sudah Lelah dengan PSBB, Jatim Dinilai Tetap Perlu Batasi Pergerakan Orang
Nasional

Masyarakat dinilai sudah lelah dengan istilah PSBB. Oleh sebab itu jika pemerintah setempat ingin membatasi pergerakan orang maka sebaiknya menggunakan istilah lain

WowKeren - Untuk menekan penyebaran virus corona salah satu langkah yang bisa dilakukan pemerintah adalah dengan menekan semaksimal mungkin pergerakan orang. Pergerakan orang dari satu tempat ke tempat lainnya kian mempercepat penyebaran yang lebih luas.

Epidemiolog FKM Universitas Airlangga Windhu Purnomo menilai jika Jatim perlu menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Namun bukan memakai istilah PSBB. Sebab menurutnya, publik sudah pusing dengan istilah itu.

"Menurut saya, seharusnya PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar)," kata dia dilansir Suara Surabaya, Senin (28/12). "Cuma namanya terserah. Mungkin kalau PSBB orang sudah ngelu (pusing) lah ya."

Ia menilai secara psikologis, masyarakat sudah lelah dengan istilah PSBB. Oleh sebab itu jika pemerintah setempat ingin membatasi pergerakan orang maka sebaiknya menggunakan istilah lain. Yang jelas masih mengusung konsep pembatasan mobilitas.

"Orang sudah lelah secara psikologis. Mungkin bisa dipakai nama lain," ujarnya melanjutkan. "Tapi yang penting membatasi pergerakan. Karena pergerakan itu yang menyebabkan penularan."


Usulan ini disampaikannya bukan tanpa alasan. Menurutnya, upaya testing di Jatim sendiri masih tergolong rendah. begitu juga dengan tracing.

"Kita tahu, ya. Testing kita kan juga tidak tinggi," paparnya. "Mestinya testing itu ditingkatkan. Tracing kita juga lemah sekarang ini. Tracing harus dimasifkan lagi."

Disebut rendah, tracing terhadap kontak erat pasien positif hanya satu banding delapan di Jawa Timur. Angka ini berdasarkan data yang dia kumpulkan dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Padahal, upaya tracing harusnya dilakukan sampai 30 orang yang pernah berkontak dengan pasien positif COVID-19.

"Padahal seharusnya sampai 20-30 orang lho. Itu normalnya. Supaya kita menjaring dan mengisolasi banyak kasus," tegasnya. "Kalau tidak, yang di bawah permukaan besar banget itu."

Tak hanya kapasitasnya yang rendah, upaya tracing juga mendapat tantangan lain akibat stigma yang berkembang di tengah masyarakat. Banyak orang yang enggan untuk di-tracing. "Komunikasi publik dari pemerintah itu harus terus menerus, lho. Supaya stigma itu hilang," imbuhnya.

(wk/zodi)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru