Mutasi Virus Corona Afrika Selatan Lebih Ganas, Ilmuwan Khawatir Pengaruhi Efektivitas Vaksin
AFP/National Institutes of He
Health

Varian baru virus corona yang diidentifikasi di Afrika Selatan (Afsel) dilaporkan lebih lebih bermasalah dibanding yang ada di Inggris. Hal ini tentu menimbulkan kekhawatiran peneliti soal efektivitas vaksin COVID-19.

WowKeren - Mutasi virus corona (COVID-19) yang ditemukan di Inggris beberapa waktu terakhir telah dilaporkan menyebar ke sejumlah negara di dunia. Namun, Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock mengatakan varian baru virus corona yang diidentifikasi di Afrika Selatan (Afsel) dilaporkan lebih lebih bermasalah dibanding yang ada di Inggris.

"Saya sangat khawatir tentang varian Afrika Selatan, dan itulah mengapa kami mengambil tindakan yang kami lakukan untuk membatasi semua penerbangan dari Afrika Selatan," katanya dilansir dari CNBC Internasional, Selasa (5/1). "Ini adalah masalah yang sangat, sangat signifikan ... dan bahkan lebih menjadi masalah daripada varian baru Inggris."

Hal ini tentunya menuai kekhawatiran para ilmuwan Inggris. Pasalnya, vaksin COVID-19 yang telah diluncurkan di Inggris Raya memiliki kemungkinan tidak dapat melindungi penduduk dari varian baru virus corona yang muncul di Afsel.

Seorang profesor mikrobiologi seluler di University of Reading, Simon Clarke mengatakan bahwa meskipun kedua varian memiliki beberapa fitur baru yang sama, yang ditemukan di Afrika Selatan "memiliki sejumlah mutasi tambahan ... yang mengkhawatirkan". Hal ini termasuk perubahan yang lebih ekstensif pada bagian penting dari virus yang dikenal sebagai protein lonjakan - yang digunakan virus untuk menginfeksi sel manusia - dan "mungkin membuat virus cukup kuat melawan respons kekebalan yang dipicu oleh vaksin".


Lawrence Young, seorang ahli virologi dan profesor onkologi molekuler di Universitas Warwick, juga mencatat bahwa varian Afrika Selatan memiliki 'mutasi lonjakan ganda'. "Akumulasi lebih banyak mutasi lonjakan pada varian Afrika Selatan lebih memprihatinkan dan dapat menyebabkan beberapa penyimpangan dari perlindungan kekebalan," katanya.

Beberapa ilmuwan termasuk CEO BioNTech Ugur Sahin dan John Bell, Profesor Regius Kedokteran di Universitas Oxford, mengatakan mereka sedang menguji vaksin COVID-19 terhadap varian baru dan berjanji membuat perubahan yang diperlukan dalam waktu sekitar enam minggu.

Menurut para ilmuwan, varian baru virus corona yang ditemukan di Afrika Selatan dan Inggris berkaitan dengan viral load yang lebih tinggi, yang berarti konsentrasi partikel virus yang lebih besar di tubuh pasien, yang kemungkinan berkontribusi pada peningkatan penularan.

Sementara itu, hingga kini sudah ada 4 vaksin COVID-19 ang disetujui sejumlah negara untuk melakukan vaksinasi. Yakni, Prizer, Moderna, AstraZeneca dan Sinopharm. Inggris sendiri baru memberikan izin penggunaan darurat untuk vaksin Pfizer dan AstraZeneca. Kabarnya dalam waktu dekat Inggris juga izinkan vaksin Moderna.

(wk/nidy)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait