WHO Sindir Negara-Negara Kaya yang Serakah Beli Pasokan Vaksin COVID-19
Reuters
Dunia

Saat ini negara-negara berada seperti Amerika Serikat, Inggris, Uni Eropa, Swiss dan Israel berada di dalam daftar tunggu pertama untuk mendapatkan vaksin Covid-19.

WowKeren - Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, mendesak negara-negara kaya untuk tidak serakah dalam membeli vaksin virus corona (Covid-19), sehingga membuat negara kecil kesulitan mendapatkan pasokan.

"Negara kaya menguasai pasokan vaksin. Tidak ada negara yang dikecualikan dan bisa memotong antrean demi melakukan vaksinasi terhadap seluruh rakyat mereka, sementara penduduk negara lain belum mendapatkan vaksin," kata Tedros dalam jumpa pers di Jenewa, Swiss, sebagaimana dikutip dari CNN.

Tedros juga mendesak supaya para perusahaan farmasi pembuat vaksin harus berhenti meneken perjanjian jual beli bilateral. Dia juga mengajak negara-negara yang mempunyai stok vaksin berlebih supaya segera memberikannya kepada lembaga pemerataan vaksin, COVAX.

Meski Dirjen WHO itu tidak menyebut secara rinci negara mana yang dia maksud, tetapi pernyataan itu disampaikan tidak lama setelah Uni Eropa meneken perjanjian pembelian vaksin corona dari Pfizer dan BioNTech sebanyak 300 juta dosis.

Sebagaimana diketahui, perjanjian penjualan itu membuat setengah dari jumlah produksi vaksin Pfizer-BioNTech pada 2021 dikuasai Uni Eropa.


Tedros menyatakan hal ini menjadi masalah bagi dunia di mana terjadi ketidakadilan dan ketimpangan antara negara kaya dan miskin. Padahal, menrut dia, semua negara berhak mendapatkan vaksin yang cukup untuk melindungi penduduk mereka dari ancaman penyakit.

Namun, belakangan situasi semakin tidak kondusif dan negara-negara kaya seolah kalap membeli vaksin akibat kekhawatiran penyebaran virus corona yang bermutasi di Inggris dan Afrika Selatan.

Saat ini negara-negara berada seperti Amerika Serikat, Inggris, Uni Eropa, Swiss dan Israel berada di dalam daftar tunggu pertama untuk mendapatkan vaksin Covid-19 dari berbagai perusahaan farmasi seperti Pfizer-BioNTech, Moderna serta AstraZeneca.

Untuk mencegah supaya vaksin tidak dikuasai negara-negara tertentu, WHO meminta para produsen memberikan data secara langsung hasil produksi vaksin mereka dalam sehari, sehingga bisa dipantau.

Selain itu, WHO menyatakan COVAX sampai saat ini berhasil menggalang dana antara USD 6 miliar sampai USD 7 miliar untuk membantu pengadaan vaksin bagi 92 negara berkembang.

(wk/luth)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru