Media Tiongkok Sentil 'Sepinya' Berita Kematian 23 Orang Pasca Divaksin Pfizer
klikdokter.com
Dunia

Media Tiongkok Global Times menyinggung media-media asal Amerika Serikat dan Eropa yang dinilai 'bungkam' atas kematian 23 orang di Norwegia usai mendapatkan suntikan vaksin Pfizer-BioNTech.

WowKeren - Sebanyak 23 orang di Norwegia dilaporkan meninggal dunia beberapa hari pasca mendapat vaksin virus corona buatan Pfizer-BioNTech. 13 orang di antaranya merupakan lansia penghuni panti jompo.

Lansia-lansia tersebut diduga meninggal karena efek samping dari vaksin tersebut. Dua puluh tiga kematian adalah jumlah yang besar untuk Norwegia yang merupakan negara kecil di Eropa Utara.

Hal ini tentunya menuai kritikan dari media Tiongkok. Pasalnya, sejumlah media berbahasa Inggris tidak segera melaporkan kejadian tersebut, seolah-olah mereka telah mencapai konsensus. Media utama AS dan Inggris jelas meremehkan kematian mereka.

Seperti media AS Associated Press, alih-alih menjadikan kabar kematian jadi angle berita mereka malah menjadikan penyesuaian kebijakan sebagai angle beritanya dengan judul: Norway adjusts advice after vaccine deaths but isn’t alarmed. Sementara media asal Inggris Reuters masih belum mengangkat kabar kematian yang terjadi di Norwegia.


Dikutip dari media Tiongkok Global Times, media besar Barat justru memberitakan sisi negatif dari vaksin Sinovac yang merupakan buatan Negeri Tirai Bambu. Contohnya seperti, kematian seorang relawan Brazil yang ikut serta dalam uji coba juga menjadi peristiwa besar di media Barat. Tetapi kemudian terbukti bahwa kematian tersebut tidak ada hubungannya dengan vaksinasi, dan media Barat kehilangan minat mereka.

Vaksin COVID-19 adalah masalah ilmiah yang serius. Situasi pandemi saat ini sangat kritis. Namun, Tiongkok menilai jika media-media Barat mencampuri sikap politik dengan sikap ilmiah terhadap vaksin, menggunakan propaganda mereka untuk mempromosikan vaksin Pfizer dan mencoreng vaksin Sinovac.

"Penelitian dan pengembangan semua vaksin COVID-19 relatif tergesa-gesa," tulis Global Times dalam artikelnya, Sabtu (16/1). "Mereka harus melalui lebih banyak uji sampel dan verifikasi klinis yang lebih lama sebelum diperkenalkan sepenuhnya ke pasar."

"Tapi waktu tidak menunggu, dan pandemi tidak menunggu. Vaksin tersebut telah dipromosikan ke garis depan pertarungan COVID-19 dengan kecepatan yang jauh lebih cepat," imbuhnya.

(wk/nidy)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru