Dokter Ungkap Penyebab Penerima Vaksin Masih Bisa Positif Corona
Rawpixel/CDC
Health

Dokter Spesialis Penyakit Dalam dari Primaya Hospital Tangerang, Tolhas Banjarnahor, mengungkapkan bahwa seseorang yang sudah mendapatkan vaksinasi memang masih mungkin terinfeksi corona.

WowKeren - Program vaksinasi virus corona (COVID-19) kini telah dimulai di Indonesia. Masyarakat pun perlu mendapat pemahaman dan penjelasan detail guna menghilangkan keraguan atau kebingungan mengenai keamanan, tata cara, persiapan, dan rambu-rambu yang perlu diperhatikan sebelum vaksinasi.

Salah satu yang kerap menjadi pertanyaan adalah kasus dimana penerima vaksinasi corona masih dinyatakan positif usai mendapat suntikan. Terkait hal ini, Dokter Spesialis Penyakit Dalam dari Primaya Hospital Tangerang, Tolhas Banjarnahor, memberikan penjelasan.

Menurut Tolhas, seseorang yang sudah mendapatkan vaksinasi memang masih mungkin terinfeksi corona. "Pada dasarnya, tidak ada vaksin yang mempunyai efikasi atau tingkat kemanjuran seratus persen," ungkap Tolhas dilansir Tempo pada Selasa (26/1).

Adapun persentase seseorang terinfeksi corona usai vaksinasi tergantung dari jenis vaksin yang diterimanya. Sebagai contoh, vaksin Sinovac yang telah digunakan di Indonesia memiliki tingkat efikasi atau kemanjuran 65,3 persen pada kelompok usia 18-59 tahun. Ini berarti, dari 100 orang yang menerima vaksin Sinovac, ada 34,7 persen yang masih berpotensi terkena infeksi COVID-19.

"Artinya, masih ada kemungkinan 34,7 persen seseorang terkena infeksi COVID-19 meskipun telah dilakukan vaksinsi," papar Tolhas. "Kita tidak tahu masuk yang 65 persen atau 35 persen."


Efikasi vaksin corona sendiri berbeda-beda tergantung jenisnya. Vaksin Moderna misalnya, memiliki efikasi 94,5 persen. Kemudian vaksin Pfizer-BioNTech memiliki efikasi 95 persen.

Meski vaksin corona buatan Moderna dan Pfizer memiliki efikasi yang lebih tinggi dibanding Sinovac, tutur Tolhas, efek samping kedua vaksin tersebut juga cukup berat. Yakni hingga penyakit level 3 atau membutuhkan perawatan.

Tolhas mengungkapkan bahwa persentase efek samping vaksin Pfizer mencapai 1,5 persen, sedangkan persentase efek samping Moderna sebesar 4,1 persen. Angka tersebut jauh lebih tinggi dibanding vaksin Sinovac yang hanya memiliki efek samping 0,1 persen atau sama seperti efek simpang vaksin flu.

"Risiko yang ditimbulkan oleh vaksin COVID-19 sangat kecil dibandingkan manfaatnya," kata Tolhas. "Karena dapat menimbulkan herd immunity atau kekebalan kelompok."

Meski demikian, lebih baik dilakukan vaksinasi COVID-19 dibanding tidak sama sekali. Pasalnya tanpa vaksinasi COVID-19, maka kemungkinan seseorang terinfeksi akan menjadi seratus persen.

Karena seseorang masih berpotensi tertular corona meski telah mendapat vaksinasi, protokol kesehatan pun harus tetap dijalankan. Tolhas juga mengingatkan masyarakat untuk menerapkan pola makan sehat dengan menjaga gizi seimbang, rutin berolahraga, cukup istirahat, dan mengelola stres.

(wk/Bert)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait