IDI Minta Pemerintah Terapkan PSBB Superketat Jika Kasus Corona Tak Kunjung Turun
Instagram/dishubjabar
Nasional

PB IDI disebut masih terus melihat dan akan melakukan evaluasi terhadap Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) tahap dua yang berlaku mulai 26 Januari hingga 8 Februari 2021 mendatang.

WowKeren - Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) meminta pemerintah untuk menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Superketat jika kasus infeksi virus corona (COVID-19) di Tanah Air tak kunjung turun. Hal ini disampaikan oleh Wakil Ketua PB IDI, Slamet Budiarto.

PB IDI disebut masih terus melihat dan akan melakukan evaluasi terhadap Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) tahap dua yang berlaku mulai 26 Januari hingga 8 Februari 2021 mendatang. Apabila PPKM tahap dua ini tetap tidak bisa menurunkan jumlah infeksi baru dan kasus kematian akibat COVID-19, maka PB IDI menilai solusi yang tepat adalah PSBB Superketat.

"Jalan terakhir ya PSBB superketat. Mobilisasi masyarakat disetop," terang Slamet dilansir Kompas.com, Senin. "Enggak ada jalan lagi, apa lagi jalannya? Vaksin (untuk masyarakat) belum tersedia."

Selain itu, Slamet juga menilai bahwa ketentuan tes swab PCR sebelum melakukan perjalanan tidak menjamin seseorang tak terjangkit COVID-19 dalam perjalanan tersebut. Pasalnya, meski hasil tes PCR menunjukkan, bisa saja seseorang terinfeksi corona setelah hasil tes keluar.


"Ini kan penyakit kerumunan, penyakit mobilitas. Kalau itu (mobilitas) dihentikan, otomatis (jumlah penyebaran COVID-19) turun," jelas Slamet. "Simple-nya begitu."

Slamet menyarankan PSBB Ketat dilakukan setidaknya selama satu bulan jika angka infeksi dan kematian COVID-19 masih tinggi. Jika kebijakan PSBB Ketat ini diterapkan, Slamet mengakui akan ada risiko besar pada sektor ekonomi.

Meski demikian, Slamet juga menilai tak ada jalan lain untuk benar-benar menekan laju pertambahan angka infeksi dan kasus kematian akibat COVID-19. "Tinggal Presiden mau memilih yang mana. Kalau mau menurunkan (angka kematian dan infeksi covid-19) betul-betul turun, risikonya ekonomi," pungkas Slamet.

Sebelumnya, pakar statistika Universitas Padjajaran Yuyun Hidayat memprediksi kasus COVID-19 di Indonesia bisa menanjak sampai pertengahan Februari 2021. Menurut analisis Yuyun, total kasus pandemi COVID-19 di Indonesia saat ini adalah peringkat keempat di Asia. Di atasnya ada India, Turki, dan Iran secara berturut-turut, dengan selisih angka kasus positif Indonesia dan Iran "hanya" 345.818 per Sabtu (30/1).

(wk/Bert)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru