Epidemiolog Sentil Pernyataan Luhut Soal 2 Juta Data Negatif COVID-19 yang Belum Di-Entry
Nasional

Epidemiolog Universitas Griffith Australia Dicky Budiman buka suara menanggapi pernyataan Juru Bicara Marives Luhut Binsar Pandjaitan soal 2 juta data kasus negatif COVID-19 yang belum di-entry.

WowKeren - Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi (Marives) Luhut Binsar Pandjaitan mengklaim ada sekitar 2 juta data terkait COVID-19 yang belum masuk perekapan nasional. Namun, Juru Bicara Luhut, Jodi Mahardi, meluruskan bahwa data tersebut adalah soal hasil tes negatif yang belum dilaporkan ke pusat oleh laboratorium.

Pernyataan tersebut rupanya menuai sorotan dari epidemiolog Universitas Griffith Australia Dicky Budiman. Menurutnya, pernyataan terkait banyaknya kasus negatif dalam laporan tersebut tidak sesuai dengan kenyataan.

Dicky mengatakan, jika memang benar dua juta kasus tersebut lebih banyak kasus negatif seharusnya rumah sakit tidak penuh dan angka kematian tidak melonjak seperti sekarang. "Karena bila betul ada dua juta kasus negatif yang belum terlaporkan, padahal faktanya di rumah sakit dan kematian yang tidak bisa elakkan, itu pun belum yang terburuk, angka kematian," katanya dilansir Suara, Senin (8/2).


Namun, Dikcy menilai jika memang benar dua juta kasus tersebut kebanyakan negatif maka ada yang salah dengan strategi 3T testing, tracing, dan treatment yang dilakukan di Indonesia. "Kalau betul 2 juta itu negatif dan itu akan menurunkan test positifivty rate, maka kita harus evaluasi strategi 3T kita, karena ada kesalahan target karena orang yang dites ini berapa kali negatif dan itu tidak berkontribusi ke perbaikan situasi, berarti harus dilakukan evaluasi," jelasnya.

Sebelumnya telah diketahui jika, Jubir Luhut, Jodi mengklaim dua juta kasus negatif COVID-19 yang belum terlaporkan dalam data nasional. Alasannya, selama ini banyak laboratorium yang cenderung lebih dahulu melaporkan kasus positif agar segera mendapat penanganan, sehingga data kasus negatif tertunda untuk dilaporkan.

“Sebenarnya bukan dua juta kasus positif yang belum masuk. Tetapi, ada banyak hasil tes negatif yang tertunda untuk dilaporkan oleh laboratorium," ujarnya. "Karena jumlah tes yang besar dan tenaga entry terbatas, laboratorium cenderung lebih dahulu melaporkan hasil positif agar bisa segera ditindaklanjuti."

Ia menegaskan bahwa yang dimaksud oleh Luhut akan berpengaruh pada positivity rate adalah 2 juta data tersebut justru akan membuat angka positivity rate menurun, bukan meningkat. “Jadi ketika data tersebut nanti sudah terintegrasi dan dimasukkan, angka positivity rate juga akan turun karena memang banyak data kasus negatif yang tertunda untuk dilaporkan sebelumnya. Jadi artinya bukan ada kasus positif yang ditutupi dan yang ditakutkan terjadi lonjakan rasa-rasanya tidak akan terjadi,” jelasnya.

(wk/nidy)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru