Hujan Ekstrem Disebut Jadi Biang Kerok Banjir Semarang, Ahli Nilai Kurang Tepat
Nasional

Sejumlah wilayah di Kota Semarang, Jawa Tenga, dikepung banjir. Ahli hidrologi Universitas Diponegoro (Undip) Suripin lantas menilai pernyataan banjir Semarang disebabkan oleh hujan ekstrem kurang tepat.

WowKeren - Kota Semarang, Jawa Tengah, sempat dikepung banjir hingga Minggu (7/2). Menurut Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimoeljono, banjir di beberapa wilayah Semarang ini disebabkan oleh curah hujan ekstrem.

"Data curah hujan termasuk ekstrem," tutur Basuki pada Sabtu (6/2). "Dari hitungan hidrologi, periode ulangnya setiap 50 tahun."

Ahli hidrologi Universitas Diponegoro (Undip) Suripin lantas menilai pernyataan banjir Semarang disebabkan oleh hujan ekstrem kurang tepat. Suripin menyebut ada pula faktor yang ditimbulkan oleh kegiatan manusia.

"Kurang tepat, karena yang dominan adalah faktor antropodemik, yaitu faktor yang ditimbulkan oleh kegiatan manusia," terang Suripin dilansir Kompas.com. "Hujan dari dulu kan begitu, kadang-kadang tinggi, kadang-kadang rendah, itulah gunanya melakukan analisis perencanaan sistem."


Lebih lanjut, Suripin menilai faktor utama penyebab banjir Semarang adalah air hujan yang hampir seluruhnya menjadi limpasan permukaan. Hanya sebagian kecil air hujan yang meresap ke dalam tanah. Meski sistem yang ada selalu diperbaiki, namun beban debit air juga turut bertambah seiring dengan pengembangan kota.

"Jadi kalau menggunakan konsep yang sekarang itu bukan bagaimana kita selalu meningkatkan kapasitas sistem, tapi bagaimana kita mengendalikan bebannya," jelas Suripin. "Karena pengembangan kota, semakin banyak lahan yang tidak tembus air, seperti jalan dan tutupan rumah. Air hujannya kan lari semua, tidak ada yang masuk dalam tanah."

Menurut Suripin, memang tak ada larangan untuk menutup lahan dan membangunnya, namun fungsi tanah juga tak boleh dihilangkan. Selain faktor beban, masalah banjir di Semarang, terutama di kawasan pantai, dinilai Suripin memang sudah berat.

Pasalnya, kawasan tersebut menanggung beban air rob sehingga sulit untuk mengalirkan air ke laut. "Oleh karena itu yang paling sustainable itu ya bagaimana mengendalikan bebannya, bagaimana air hujan itu tidak serta merta menjadi aliran semua. Itu yang paling pokok," papar Suripin.

Tak hanya itu, ketertiban masyarakat juga dinilainya menjadi salah satu penyebab banjir. Suripin menilai infrastruktur yang dibangun tidak akan bisa optimal karena lemahnya ketertiban masyarakat, seperti saluran air yang penuh dengan sampah.

(wk/Bert)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait