Ternyata Tak Semua Plasma Konvalesen Penyintas COVID-19 Baik untuk Donor, Ini Penjelasannya
Health

Menristek Bambang Brodjonegoro mengungkap kategori penyintas COVID-19 yang mampu mendonorkan plasma konvalesen yang baik. Berikut penjelasan Bambang selengkapnya.

WowKeren - Donor plasma konvalesen menjadi salah satu terapi penyembuhan pasien COVID-19. Diketahui plasma konvalesen ini didapat dari penyintas COVID-19, namun ternyata baru-baru ini terungkap tidak semua penyintas bisa menjadi donor terbaik.

Hal ini seperti disampaikan Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro dalam sebuah diskusi daring, Kamis (11/2). Bambang menyebut, berdasarkan uji klinis tahap kedua dan ketiga yang tengah dilakukan pihaknya dengan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, terungkap bahwa plasma konvalesen yang baik berasal dari penyintas COVID-19 dengan kategori sedang sampai berat.

"Donor plasma yang baik itu adalah dari yang pasien atau penyintas berkategori sedang sampai berat," jelas Bambang, dikutip dari Kompas. "Tetapi yang menerima (plasma) itu adalah (pasien COVID-19) dari kategori ringan menuju sedang."

Kendati demikian, Bambang tetap mendorong setiap penyintas COVID-19 untuk mendonasikan plasma konvalesen. Pasalnya, berdasarkan pengakuan Bambang, pemerintah ternyata pernah mengalami kondisi kekurangan plasma konvalesen sehingga berdampak terhadap keselamatan pasien COVID-19.


"Apalagi kalau kita lihat donor ini tergantung golongan darah," tutur mantan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional itu. "Sehingga sering terjadi kondisi di mana pasien yang sebenarnya masih bisa sembuh dengan mendapatkan terapi ini, tetapi karena tidak mendapatkan akhirnya harus meninggal dunia."

Nantinya plasma konvalesen yang diterima pun masih diukur kadar antibodinya dengan metode ELISA. "Sehingga ketika plasma diterima dari donor, akan dilakukan evaluasi dan akhirnya diputuskan apakah plasma itu bisa diberikan ke si pasien. Dan kita harapkan dalam waktu yang lebih cepat kita dapat menyelamatkan lebih banyak orang," ujar Bambang.

Lebih lanjut dijelaskan Bambang, saat ini terapi stem cell atau sel punca juga tengah dilirik untuk mengobati pasien COVID-19. Dan berdasarkan hasil uji klinisnya, terapi stem cell ditemukan memiliki tingkat kesembuhan hingga 2,5 kali bagi pasien COVID-19 dengan kategori berat.

"Mudah-mudahan plasma dan stem cell ini bisa saling melengkapi," pungkas Kepala Badan Riset Ilmiah Nasional itu. "Sehingga Indonesia punya jawaban untuk terapi pasien COVID-19 dari berbagai kategori ringan sampai berat."

(wk/elva)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait