B117 Sudah Masuk, RI Diminta Waspadai Varian Corona Afsel yang Lebih Menular 300 Persen
Unsplash/Ivan Diaz
Nasional

Guru Besar Biologi Molekuler Unair Surabaya, Prof. Dr. Chairul Anwar Nidom, menjelaskan bahwa ada varian corona lain yang perlu diwaspadai oleh Indonesia, yakni varian yang awalnya ditemukan di Brasil dan Afrika Selatan.

WowKeren - Pemerintah telah mengkonfirmasi bahwa mutasi virus corona B117 yang pertama kali ditemukan di Inggris sudah masuk ke Tanah Air. Guru Besar Biologi Molekuler Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Prof. Dr. Chairul Anwar Nidom, lantas mengungkapkan pandangannya mengenai varian B117 ini.

"Kalau dilihat ada celah kosong di varian B117 itu adalah terjadi dilesi dari virus, hilangnya dua asam amino di situ," ungkap Nidom dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi IX DPR RI pada Rabu (10/3). "Artinya B117 di Indonesia berbeda sedikit dengan virus Wuhan."

Menurut Nidom, jika dilihat secara filogenetik 3 kekerabatannya, maka virus B117 yang telah masuk Indonesia itu mengelompok sendiri dan tidak berada dengan virus lain. Nidom pun menyarankan agar produsen vaksin menciptakan produk yang berbeda untuk varian ini.

Lebih lanjut, Nidom juga menjelaskan bahwa ada varian corona lain yang perlu diwaspadai oleh Indonesia. Yakni varian yang awalnya ditemukan di Brasil dan Afrika Selatan.


"Apakah yang di Indonesia akan ada bentuk varian sendiri? Itu belum dianalisis lebih lanjut," kata Nidom. "Jadi kalau varian Inggris kecepatannya 70 persen lebih tinggi dari virus biasa. Sedangkan varian Afsel itu 300 persen dari virus biasa penularannya."

Pemerintah Indonesia dinilai harus mewaspadai varian tersebut. Dengan demikian, masuknya varian Afsel dan Brasil harus benar-benar diantisipasi, termasuk dengan pengetatan peraturan.

Sebelumnya, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyatakan bahwa pihaknya saat ini tengah melakukan modifikasi terhadap desain vaksin mereka. Hal ini dilakukan sebagai bentuk antisipasi terhadap varian Afsel dan Brasil. "Vaksin hasil modifikasi ini kemungkinan akan diberikan sebagai 'booster'," ungkap Kepala Laboratorium Rekayasa Genetika Terapan dan Protein Desain LIPI Wien Kusharyoto pada Jumat (5/3).

Menurut Wien, modifikasi tersebut tak akan mengubah vaksin sepenuhnya. Oleh sebab itu, pembuatan vaksin corona baru saat ini masih belum diperlukan.

(wk/Bert)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru