Pengiriman Bantuan Ke NTT Untuk Korban Banjir Bandang Alami Kendala
Nasional

Pada Minggu (4/4) dini hari, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, dilanda banjir bandang dan tanah longsor. Salah seorang warga menyebutkan bahwa peristiwa itu merupakan yang terparah dalam beberapa tahun terakhir.

WowKeren - Banjir bandang di Flores, NTT pada Minggu (4/4) dini hari membuat beberapa desa hanyut. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat ada empat kecamatan dan tujuh desa yang terkena dampak dari bencana alam itu. Selain itu, pada Minggu (4/4), BNPB melaporkan ada 41 orang yang meninggal.

Raditya Jati selaku Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB mengatakan proses pengiriman bantuan untuk pencarian korban maupun mengevakuasi warga yang terdampak masih sulit dilakukan. Hal itu lantaran akses ke Pulau Adonara terkendala oleh hujan deras dan gelombang tinggi.

"Untuk mendapatkan aksestabilitas, terutama pulau-pulau kecil, menjadi tantangan kita di sana, karena cuaca ekstrim, bantuan logistik belum bisa dikirim melalui angkutan laut ke Pulau Adonara," terang Raditya. "Apakah nanti akan menggunakan pesawat atau heli, nanti akan kami sampaikan selanjutnya."

Selain itu, Raditya juga menambahkan tantangan terberat lainnya adalah saat mengevakuasi dengan memanfaatkan alat-alat berat. Sampai saat peristiwa banjir bandang terjadi, Minggu (4/4), Raditya mengatakan belum ada informasi mengenai status bencana di Flores. "Mungkin besok akan ditetapkan (statusnya), tapi kita lihat dulu perkembangannya," tutur Raditya."


Wenchy Tokan salah seorang warga di Kelurahan Waiwerang, Kecamatan Adonara Timur, mengatakan banjir bandang yang terjadi membuat panik. Ia menceritakan kronologi kejadian banjir bandang itu.

Pada awalnya hujan deras mulai turun pukul 23.00 WITA. Tak berselang lama, banjir datang dari wilayah perbukitan sekitar Kecamatan Adonara Timur, menghantam rumah-rumah yang berada di pesisir sungai. Pada saat kejadian, mayoritas warga tersebut sedang tidur.

"Kami semua sangat-sangat panik, bahkan kami temukan ada mayat di luar masih di atas kasur karena kebanyakan warga sedang tidur," ungkap Wenchy Tokan kepada BBC News Indonesia, Minggu (4/4). "Bangunan semua selesai (hancur) semua, rumah permanen dan semi permanen hanyut ke laut."

Selain itu, Wenchy menambahkan ada dua jembatan penghubung antar desa yang putus dan satu pembangkit listrik padam. Whency menyebut hal itu membuat warga merasa terisolir.

(wk/wahy)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait