Buntut Kasus Takjil Beracun, DPR Minta Pemerintah Awasi Peredaran Sianida dengan Ketat
commons.wikimedia.org/Shinta amalia
Nasional

Pelaku pemberi takjil beracun diketahui membeli sianida secara online. Karena itulah anggota Komisi VI DPR Fraksi Demokrat Herman Khaeron meminta pemerintah untuk mengawasi peredarannya dengan ketat.

WowKeren - Tertangkapnya pelaku pemberi takjil beracun yang menewaskan putra mitra ojek online di DI Yogyakarta menjadi sorotan banyak pihak. Salah satunya adalah Anggota Komisi VI DPR Fraksi Demokrat, Herman Khaeron.

Herman meminta pemerintah, dalam hal ini Kementerian Perdagangan (Kemendag), untuk mengawasi peredaran bahan berbahaya dan beracun secara ketat. Pasalnya, pemberi takjil beracun Nani Aprilliani Nurjaman (25) membeli kalium sianida (KCN) dengan mudah secara online.

"Kementerian Perdagangan juga harus mengawasi peredaran bahan berbahaya secara ketat, agar kasus seperti ini tidak terulang," kata Herman kepada awak media, Senin (3/5).

Tak hanya Kemendag, Herman juga meminta Kementerian Perindustrian untuk ikut serta menangani kasus ini. Tujuannya agar barang berbahaya tidak mudah disalahgunakan oleh oknum-oknum tak bertanggung jawab.

"Kementerian Perindustrian harus mendalami memastikan perihal kasus ini. Ke depan, izin industri dan tata niaga bahan berbahaya harus menjamin bahwa penggunaannya aman. Urgensinya jangan sampai bahan berbahaya beredar bebas," imbuhnya.


Selain itu, Herman juga meminta pihak berwajib untuk mengusut kasus ini hingga tuntas. Termasuk soal bagaimana pelaku mendapatkan racun sianida secara online.

"Terkait kasus penggunaan sianida yang bebas dan dapat dibeli online, tentu turut prihatin perlu penyelidikan mendalam terkait cara mendapatkan bahan berbahaya tersebut," tandasnya.

Diketahui, kejadian ini bermula saat ayah korban yang merupakan driver ojol bertemu dengan Nani di depan Masjid Nurul Islam, Jalan Gayam Umbulharjo. Ia meminta sang driver untuk mengantarkan paket takjil berupa satu bungkus lontong sate ayam dan satu bungkus snack secara offline ke rumah Tomi.

Namun, Tomi enggan menerima paket tersebut karena tidak merasa kenal dengan si pemberi yang menyamarkan identitasnya sebagai Hamid. Karena itulah ia meminta agar takjil tersebut dibawa pulang oleh sang driver ojol.

Polisi sendiri mengidentifikasi kasus ini sebagai pembunuhan berencana karena pelaku sudah membeli racun sianida secara daring sejak Maret 2021. Racun itu dibeli Nani dengan harga Rp 224 ribu untuk berat 250 gram.

"Barang (kalium sianida) dipesan melalui aplikasi jual beli online dan sudah cukup lama yang membeli, sejak bulan Maret," ungkap Dirreskrimum Polda DIY Kombes Burkan Rudy Satria dalam jumpa pers di Mapolres Bantul, Senin (3/5).

(wk/eval)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait