Jatim Terancam Tsunami 29 Meter, Waspadai Tanda Tak Biasa Menurut Warga Banyuwangi Ini
Flickr/arkhangellohim
Nasional

Menurut pemodelan BMKG, Jawa Timur berpotensi diterjang tsunami sampai setinggi 29 meter. Warga Banyuwangi pun mengungkap sejumlah fenomena janggal yang awam terjadi sebelum tsunami.

WowKeren - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkap potensi terjadinya gempa bumi besar serta tsunami setinggi 29 meter di Jawa Timur. Berbagai otoritas pun terus mengimbau agar edukasi terkait mitigasi bencana terus disampaikan kepada warga yang tinggal di wilayah berisiko.

Namun mitigasi ini rupanya bukan cuma mengandalkan teknologi maupun fasilitas yang telah disiapkan, tetapi juga kearifan lokal masyarakat setempat. Seperti warga Desa Sarongan, Banyuwangi, yang sudah pernah menghadapi tsunami pada 1994 lalu.

Ketua Desa Tangguh Bencana (Destana) Sarongan, Agus Salim Afandi, mengungkap beberapa peristiwa janggal yang bisa menjadi tanda hendak terjadi tsunami. Pertama soal ikan-ikan yang terlihat menepi ke area pantai atau dikenal sebagai ikan minggir.

"Kalau tsunami itu, ikan minggir. Mereka tahu, kok terjadi ikan minggir ini kan terjadi sesuatu. Warga pasti curiga," kata Agus Salim kepada Kompas, Kamis (10/6).


Lalu fenomena janggal lain yang turut diamati adalah air laut yang cenderung berbau lebih tajam serta menyengat ketimbang hari biasanya. "Ini asinnya menyengat sekali kalau terjadi tsunami. Ini orang dulu (yang mengalami tsunami) yang bilang begitu," ujar Agus Salim.

Selain itu, Agus Salim memastikan warga desanya sudah terlatih menghadapi gempa besar. Ketika berhadapan dengan bencana seperti itu, warga sudah terlatih untuk langsung mencari tempat tinggi untuk evakuasi diri.

Skema mitigasi 20-20-20 pun menurut Agus Salim sudah awam di kalangan masyarakat Desa Sarongan. Lewat skema ini, masyarakat yang merasakan guncangan gempa selama 20 detik diimbau untuk segera mengevakuasi diri ke tempat dengan ketinggian minimal 20 meter karena dalam 20 menit ada potensi terjangan tsunami.

"Kita sudah persiapkan daerah 20 meter ke atas ini agar masyarakat aman. Kita sudah memberi angan-angan ke masyarakat hingga pengenalan tanda-tanda," jelas Agus Salim.

Pengenalan dan pelatihan mitigasi semacam ini rupanya dilaksanakan sampai 2-3 kali dalam setahun. "Dulu tak tahu, sekarang sekali ada gempa meski tak kuat sudah lari. Jika sirine bunyi, langsung lari," pungkasnya.

(wk/elva)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait