Sanksi Dari AS Atas Invasi ke Ukraina Disebut Tak Goyahkan Ekonomi Rusia, Dibantu Tiongkok?
Alamy
Dunia

Atas invasi yang telah dilakukan oleh Rusia terhadap Ukraina, memicu kecaman dari banyak negara, termasuk Amerika Serikat. Bahkan AS juga telah menjatuhi sanksi kepada Rusia.

WowKeren - Seperti yang diketahui, pada Kamis (24/2) lalu, Rusia telah meluncurkan invasi penuh terhadap Ukraina. Kini, pertempuran antara Rusia dengan Ukraina diketahui telah terjadi di Ibu Kota Kyiv pada Sabtu (26/2).

Di sisi lain, banyak negara yang mengecam tindakan invasi Rusia terhadap Ukraina tersebut, salah satunya adalah Amerika Serikat. Namun sanksi yang diberikan oleh AS itu disebut tak berpengaruh atau menggoyahkan ekonomi Rusia.

Istilah oligarki Rusia disebut memunculkan gambaran rumah mewah London, Bentley berlapis emas, dan superyacht ramping di Mediterania, geladaknya diselimuti pesta yang dihiasi permata. Namun serangkaian sanksi terhadap oligarki yang diumumkan oleh Presiden AS Joe Biden itu mungkin tidak banyak berpengaruh untuk meredupkan gaya hidup jet-setting Rusia yang sangat kaya dan terkenal, apalagi untuk memaksa penarikan tank dan pasukannya.

Meski demikian, Biden mengatakan bahwa sanksi baru yang diberikan oleh AS itu tetap akan melumpuhkan sistem keuangan Rusia dan menghambat pertumbuhan ekonominya dengan menargetkan bank-bank terbesar di negara tersebut. Di mana, menurut Departemen Keuangan memegang hampir 80 persen dari semua aset perbankan negara tersebut.

"Putin adalah agresor. Putin memilih perang ini. Dan sekarang dia dan negaranya akan menanggung konsekuensinya," tutur Biden dalam keterangannya, dilansir pada Sabtu (26/2). "Membebankan biaya besar pada ekonomi Rusia, baik segera maupun seiring waktu."


Namun, sebagian besar kekayaan orang terkaya Rusia tidak disimpan di bank-bank yang dikenai sanksi itu. Putin dan para sekutu oligarkinya itu memiliki waktu puluhan tahun untuk menyimpan aset di luar negeri, sebagian besar disembunyikan dengan cara yang telah dirancang secara khusus untuk menghindari sanksi.

Di sisi lain, Tiongkok disebut sebagai satu-satunya teman yang memungkinkan membantu Rusia menumpulkan dampak sanksi ekonomi terhadapnya atas invasi ke Ukraina. Namun pemerintah Xi Jinping tidak memberikan tanda-tanda bahwa pihaknya mungkin bersedia mengambil risiko aksesnya sendiri ke pasar AS dan Eropa dengan melakukan terlalu banyak hal.

Bahkan jika Beijing menginginkannya, Tiongkok bisa saja mengerahkan kemampuannya untuk mendukung Presiden Rusia Vladimir Putin dengan mengimpor lebih banyak gas dan barang-barang lainnya. Hubungan Beijing dengan Moskow sendiri diketahui telah menghangat sejak Xi mengambil alih kekuasaan pada tahun 2012 silam.

Adapun kedekatan mereka itu salah satunya dipicu adanya kesamaan yakni kebencian terhadap Washington, meski memiliki kepentingan yang bertentangan. Meski militer Beijing dan Moskow berlatih bersama, namun Putin disebut tidak nyaman dengan kehadiran ekonomi Tiongkok yang berkembang di Asia Tengah dan Timur Jauh Rusia.

"Hubungan Tiongkok-Rusia berada pada tingkat tertinggi dalam sejarah, tetapi kedua negara bukanlah aliansi," ujar Pakar Hubungan Internasional di Universitas Ilmu Politik dan Hukum Shanghai, Li Xin.

Para ahli mengatakan pemerintah Xi mungkin saja mendukung Putin dalam batas-batas tertentu, dan perusahaan-perusahaan Tiongkok mungkin menggunakan situasi itu untuk mengejar kesepakatan yang lebih baik. Tetapi akan menolak keras melanggar sanksi secara terbuka dan menjadi sasaran hukuman.

(wk/tiar)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait