Veronica Koman Serahkan Dokumen Korban Papua ke Jokowi, Moeldoko Ngaku Tak Tahu
Nasional

Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Moeldoko turut buka suara terkait kabar yang menyebutkan Veronica Koman menyerahkan data korban Nduga, Papua langsung kepada Presiden Jokowi saat berkunjung ke Canberra, Australia.

WowKeren - Sejumlah aktivitas hak asasi manusia (HAM) yang tergabung dalam tim Veronica Koman telah menyerahkan dokumen kepada Presiden Joko Widodo saat melakukan kunjungan ke Canberra, Australian beberapa waktu yang lalu. Dokumen tersebut berisikan data para korban yang ditahan dan meninggal saat terjaadi operasi militer di Nduga, Papua, Desember 2018 lalu.

"Tim kami di Canberra telah berhasil menyerahkan dokumen-dokumen ini langsung kepada Presiden Jokowi," ujar Veronica Koman melalui keterangan tertulisnya, Selasa (11/2). "Dokumen ini memuat nama dan lokasi 57 tahanan politik Papua yang dikenakan pasal makar, yang saat ini sedang ditahan di tujuh kota di Indonesia."

Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Moeldoko mengaku tak mengetahui kapan dan dimana persisnya aktivis HAM tersebut menyerahkan dokumen kepada Presiden Jokowi. "Saya sendiri juga enggak tahu wajahnya (Veronica) Koman seperti apa," ujar Moeldoko di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (12/2).


Padahal Moeldoko turut serta dalam lawatan Jokowi ke Australia. Lebih lanjut, ia mengatakan jika presiden saat itu bertemu dan bersalaman dengan WNI di Australia dan warga Australia.

Oleh karena itu, Moeldoko mengatakan jika Jokowi tidak bisa mengenali satu per satu wajah dari orang-orang yang menyalaminya dan memberikan surat. "Nah tadi itu. Di hotel (tempat menginap presiden) itu orang-orang Indonesia yang dari Sydney, dari beberapa daerah itu datang," terangnya. "Dua hari itu banyak orang di dalam hotel. Masih kaya kampanye saja kondisinya."

Sementara itu, pernyataan Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD terkait dokumen data tersebut saat ini menjadi sorotan di kalangan para aktivis HAM. Pasalnya, ia menyebut dokumen tersebut sebagai sampah dan presiden belum tentu membacanya.

"Itu anulah, kalau memang ada ya sampah sajalah," kata Mahfud di Istana Bogor, Selasa (11/2). "Saya tahu surat seperti itu banyak. Orang berebutan salaman, kagum kepada Presiden, ada yang kasih map, amplop, surat gitu, jadi tidak ada urusan Koman atau bukan. Kita enggak tahu itu Koman apa bukan. Belum dibuka kali suratnya. Surat banyak."

(wk/nidy)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru