Curhat Perawat RSPI Tangani Pasien Corona, Kalahkan Takut Demi Rasa Kemanusiaan
Nasional

Tak mudah berada di posisi para tenaga medis yang harus berjuang antara hidup dan mati melawan wabah virus Corona. Seperti yang dirasakan oleh perawat di RSPI Sulianto Saroso satu ini.

WowKeren - Para dokter dan perawat menjadi garda terdepan dalam menangani wabah Corona saat ini. Mereka berjuang mempertaruhkan nyawa demi menyelamatkan orang lain. Mereka bahkan harus rela untuk berpisah dengan keluarga dalam waktu yang lama demi menjalankan tugas mulia.

Nasib para medis saat ini begitu menjadi perhatian. Baik di luar negeri maupun di Indonesia sendiri. Masyarakat berbondong-bondong memberikan semangat dan uluran tangannya untuk ikut membantu meringankan tugas para tenaga medis. Namun, tak sedikit pula yang merasa khawatir dengan posisi rentan para tenaga medis tersebut.

Di samping itu, rasa takut pun pasti dirasakan oleh para tenaga medis yang terjun langsung menangani pasien Corona. Banyak pula beredar stigma di luaran sana, jika para tenaga medis berpotensi menjadi pembawa virus Covid-19 yang nantinya akan membahayakan orang lain. Salah satu perawatdi RSPI Sulianti Saroso, Maulia Hindun Audhah menceritakan suka-dukany selama merawat pasien terjangkit Corona.

Bekerja selama lebih kurang 15 tahun, Maulia mengatakan pengalaman luar biasa selama menjadi perawat adalah saat ia menangani pasien Corona. Rasa sedih, haru, panik dan ketakutan selalu membayangi Maulia setiap harinya.

"Jadi, pengalaman (dengan penyebaran infeksi) Covid-19 ini benar-benar luar biasa, ya. Ada haru, sedih, panik juga. Karena kita kebetulan lagi wabah, jadi (secara) psikis pasien yang kalangan elite yang ke sini kan. Pasien itu merasa pengennya buru-buru, karena panik juga. Jadinya (dia) pengen semuanya serba cepat," ungkap Maulia melansir dari Suara.com, Jumat (3/4).

Meski dirinya sendiri dilanda kepanikan, namun Maulia berusaha sekuat mungkin untuk membuat pasiennya tetap tenang. Ia pun memberikan penjelasan selembut mungkin kepada pihak keluarga untuk tak malah membuat keadaan pasien semakin stres.


"Kita sebagai perawat harus pintar-pintar menenangkan pasiennya, sering-sering ngejelasin. Kita juga ikut nenangin keluarganya juga. Kita kasih pengertian, (bahwa) ini tuh bukan perawatan biasa, keadaannya sedang mewabah. Jadi kita bilang ke keluarga pasien, (agar) tetap bantu doa, biar bapaknya semakin tenang, pasiennya juga akan semakin tenang," lanjutnya.

Terkadang, ia pun dibuat kesal dengan keluarga pasien yang kurang mengikuti aturan dari pihak rumah sakit. Contohnya, mereka masih sering menelepon pasien padahal kondisi saat itu tengah crowded. "Kadang-kadang pasien sendiri juga kan masih megang HP, diteleponin terus. Lagi mendesak malah ngobrol, gitu. Jadi, begitulah," kata perempuan berjilbab itu.

Maulia mengaku tak pernah membayangkan akan berada di situasi seperti saat ini. Meski sempat stres, ia yakin dengan ketulusan hatinya merawat para pasien, maka tindakannya ini juga akan dibalas oleh Tuhan.

"Cuma pas Covid ini kebetulan saya di IGD, terus wabahnya juga banyak, jadi sempat stres juga sih. Cuma ya, udahlah, jalanin aja. Insyaallah kalau kita bantuin orang, Insyaallah akan dibantu Allah juga," ujarnya.

Ketakutan menangani pasien Corona tentu dirasakan oleh Maulia. Namun, alumni Akademi Perawatan Bina Insan Jakarta Utara ini mengaku jika rasa ingin menolongnya jauh lebih tinggi dari ketakutannya.

"Ya, takut sih ada. Manusiawi ya. Cuma ya, karena kita sudah tahu ilmunya, terus kita juga disiapkan dengan APD (alat pelindung diri) yang lengkap, ruangannya juga ada ruangan isolasinya, jadi Insyaallah rasa takut itu lama-lama menghilang. Jadi lebih rasa yang lebih tingginya itu, rasa ingin menolong orangnya," jelasnya.

Meski berada dalam situasi antara hidup dan mati, Maulia mengaku ia tak pernah menyesal bisa sampai berada di posisi saat ini. Hal ini sebagai bukti cinta dan pengabdiannya pada pekerjaan ini.

(wk/wahy)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait