Pandemi Corona Buat Strawberry Tak Laku, Petani India Frustasi Jadikan Makanan Sapi
Reuters/Rajendra Jadhav
SerbaSerbi

Pandemi virus corona (COVID-19) telah membuat penjualan strawberry dan panen lainnya langsung anjlok, petani di India merasa frustasi hingga menjadikannya makanan sapi.

WowKeren - Pandemi virus corona (COVID-19) saat ini telah mengancam kehidupan sehari-hari masyarakat dunia. Salah satunya seperti yang dialami oleh seorang petani asal India.

Petani yang bernama Anil Salunkhe ini mengeluhkan hasil panen miliknya yang tidak bisa dijual. Padahal, seluruh hasil panen miliknya berkualitas premium seperti buah strawberry hingga sayur brokoli.

Selama ini, pembeli hasil panen petani asal Satara, Mumbai ini biasanya merupakan turis-turis dan produsen es krim. Namun akibat wabah corona, saat ini sama sekali tidak ada turis yang datang di wilayahnya.

"Turis dan produsen es krim merupakan pembeli utama buah strawberry hasil panen kami,” ungkap jelas Anil Salunkhe seperti dilansir dari India Today, Rabu (8/4). “Tapi karena virus corona sekarang tidak ada turis yang datang.”

Saat panen, Anil berharap dirinya dapat menghasilkan uang sebesar Rs800,000 atau sekitar Rp172 juta. Sayang, sepi pembeli membuatnya harus menerima kerugian hingga mencapai Rp250,000 (Rp53 juta).

Lantaran hasil panen miliknya berkualitas premium, Anil merasa sayang jika strawberry hingga sayurannya busuk dan terbuang sia-sia. Ia akhirnya terpaksa memberikan seluruh hasil panennya sebagai makanan sapi-sapinya.


Anil juga mengaku tidak bisa memberikan ke kota lain atau orang lain. Pasalnya, saat ini di India sedang diterapkan kebijakan lockdown sehingga sangat tidak mungkin baginya untuk pergi ke kota.

Kisah serupa juga dialami seorang petani bernama Munishamappa yang berasal dari Bengaluru. Bedanya, Munish masih bisa membagikan hasil panennya berupa buah-buahan secara gratis untuk para tetangganya.

Munish mengatakan jika hanya sedikit orang yang mau mengambil buah hasil panennya. Akibatnya, ia harus merelakan untuk membuang 15 ton anggur yang membusuk di sekitar hutan sekitar. Munish sendiri mengaku mengalami kerugian mencapai Rs500,000 (Rp107 juta) akibat pandemi ini.

Kerugian juga dialami oleh Ajay Jadhav yang akhirnya menjual basil, selada, dan bokchoy ke supermarket dengan harga murah. Ia mengatakan jika banyak tetangganya tidak mau mengambil sayuran hasil panennya meski gratis.

Rupanya, warga setempat tidak pernah mendengar produk panen buah dan sayuran premium sehingga tidak mau mencobanya. Akhirnya, Ajay merelakan hasil panennya yang tidak laku menjadi pupuk.

”Saya tidak memiliki pilihan lain untuk merubah sayuran ini menjadi pupuk,” keluh Ajay. “Karena warga desa di sini tak tahu tentang sayuran-sayuran premium ini.”

(wk/lian)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait