Dampak Lockdown di Tengah Pandemi COVID-19, Angka KDRT di Berbagai Negara Meningkat
Dunia

Sejumlah negara di dunia melaporkan adanya peningkatan jumlah kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di tengah pandemi corona. KDRT dilakukan di tengah lockdown saat pandemi berlangsung.

WowKeren - Sejak adanya pandemi corona yang menyebar ke seluruh dunia, sejumlah negara memutuskan untuk melakukan lockdown. Kebijakan ini diambil guna menekan tingkat penyebaran virus COVID-19.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) serta pemerintah dari sejumlah negara mewajibkan masyarakat untuk tetap tinggal di rumah (stay at home). Sayangnya, kebijakan tersebut rupanya berpengaruh hingga aspek personal seperti kondisi psikis. Hal ini justru menjadi petaka dan krisis baru bagi sebagian kelompok.

Menurut laporan pihak kepolisian di berbagai negara terjadi kenaikan kasus Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) selama pandemi COVID-19 berlangsung. Bahkan tingkat kekerasan tersebut menjadi lebih sering, lebih parah hingga ke tingkat membahayakan.

Marianne Hester, sosiolog dari Bristol University yang mempelajari tentang kekerasan dalam hubungan menyebutkan bahwa pada dasarnya risiko KDRT meningkat ketika keluarga menghabiskan waktu bersama, seperti pada hari Natal dan liburan musim panas. Karena itu, United Nations (UN) pada Minggu (5/4) lalu meminta agar seluruh negara di untuk memerangi tindakan KDRT.

“Saya mendesak pemerintah seluruh negara untuk menempatkan keselamatan perempuan sebagai prioritas sebagai respon pandemi ini,” tutur Sekjen UN Antonio Guterres pada akun Twitter resminya dilansir dari New York Times, Kamis (9/4).

Di Tiongkok sendiri salah satu warga (sebut dia Lele, 26 tahun) asal Provinsi Anhui mengalami siksaan fisik dan psikis. Lele kerap beradu argumen dengan suaminya selama lockdown terjadi.

Hingga pada 1 Maret lalu, Lele tengah menggendong bayinya yang berusia 11 tahun saat sang suami mulai memukulinya dengan kursi. Lele tidak yakin berapa kali ia dipukuli sampai tiba-tiba ia merasa salah satu kakinya mati rasa dan jatuh ke lantai. Saat jatuh pun ia masih menggendong bayinya.


Lele mengatakan suaminya melakukan tindak kekerasan selama 6 tahun pernikahan. Namun pandemi Covid-19 membuat kondisi semakin buruk. “Selama pandemi ini kami tidak bisa keluar rumah, dan konflik kami semakin besar dan besar dan semakin sering,” tuturnya.

Di Tiongkok sendiri ada LSM yang bergerak dalam melawan kekerasan terhadap perempuan. Mereka bahkan telah membuka help line sejak awal Februari lalu. Waktu yang sama saat pemerintah menetapkan lockdown di Provinsi Hubei yang menjadi sumber pandemi.

Sementara itu, di Inggris wilayah Avon dan Somerset mendapatkan laporan KDRT meningkat sebanyak 20 persen pada periode yang sama. Di Spanyol, nomor darurat untuk KDRT menerima 18 persen lebih banyak panggilan pada dua minggu pertama lockdown. Sedangkan di Perancis, pihak kepolisian melaporkan tingkat KDRT yang meningkat hingga 30 persen saat lockdown.

“Kami mendapat banyak panggilan yang menyedihkan, yang menunjukkan betapa intens perlakuan buruk terhadap fisik dan psikologis ketika seseorang berada 24 jam di rumah,” tutur Ana Bella, yang baru membuat sebuah institusi untuk membantu para wanita yang terkena KDRT.

Seorang ahli trauma di Harvard University Medical School Judith Lewis Herman menemukan bahwa metode pemaksaan yang digunakan pelaku KDRT untuk mengontrol pasangan dan anak-anak mereka memiliki “kemiripan luar biasa” dengan apa yang dilakukan penculik untuk mengendalikan sanderanya.

“Metode yang digunakan ini cukup konsisten," tutur Herman dalam jurnalnya. "Sementara pelaku eksploitasi politik atau seksual terorganisir dan dapat saling menginstruksikan satu sama lain dalam metode pemaksaan, pelaku pelecehan dalam rumah tangga menciptakannya kembali."

Selain kekerasan fisik, jenis kekerasan lainnya dalam rumah tangga antara lain isolasi dari keluarga, pengawasan dan aturan ketat yang terperinci, serta pembatasan akses pada kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, dan fasilitas sanitasi.

Terakhir ia menambahkan untuk warga yang mengalami KDRT diharapkan untuk segera mencari bantuan. Atau bisa untuk melapor kepada pihak yang berwajib meskipun pandemi belum berakhi.

(wk/nidy)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait