Ifan Seventeen Ungkap Kesulitan Proses Pembuatan Film Dokumenter 'Kemarin'
Instagram/ifanseventeen
Film

Peristiwa tsunami di Tanjung Lesung, Banten, pada 22 Desember 2018 membawa luka tersendiri bagi vokalis Ifan Seventeen. Sebelumnya, Ifan mengaku sulit untuk terlibat dalam film dokumenter 'Kemarin'.

WowKeren - Tsunami Tanjung Lesung, Banten pada Sabtu, 23 Desember 2018 lalu telah menyapu banyak korban, termasuk personel band Seventeen. Peristiwa itu membawa luka tersendiri bagi vokalis Ifan Seventeen. Dalam peristiwa itu, Ifan harus kehilangan sang istri, Dylan Sahara, dan tiga rekan band-nya, Herman, Bani dan Andi.

Pada 22 Januari 2019, kamera drummer Seventeen, Andi berhasil ditemukan. Kamera tersebut merekam detik-detik terakhir kebersamaan personel Seventeen sebelum tampil di atas panggung.

Rekaman itu pun menggugah hati produser dari Mahakarya Pictures, Dendi Reynando untuk membuat sebuah film dokumenter bertajuk "Kemarin" dan disutradarai oleh Upie Guava. Sebelumnya, Upie mengaku bahwa ia tak pernah menolak ketika diajak untuk menggarap film "Kemarin". Namun, Upie paham jika proyek film ini akan sangat berat bagi keluarga besar Seventeen, tidak terkecuali Ifan.

Di samping itu, Upie percaya bahwa film ini bukan sebuah proyek untuk mencari uang. Sebab, proyek ini bertujuan untuk meneruskan mimpi para personel Seventeen yang sempat berencana membuat film dokumenter sebelum meninggal dunia.

"Ini kayak last wish-nya anak-anak (Seventeen), nih. Kan di meeting terakhir itu ada rencana mau bikin dokumenter. Kita tanamkan ke benak kita semua bahwa proyek ini amanat," jelas Upie saat melakukan video conference pada Selasa (14/4).


"Saya rasa, kita semua pun punya kesedihan masing-masing. Jadi, ini bukan proyek kerjaan, tapi menunaikan amanat anak-anak. Kalau hasilnya baik, kan jadi berkah buat ahli waris," lanjutnya.

Di sisi lain, Ifan merasa sangat berat hati ketika diminta untuk terlibat dalam proyek film dokumenter ini. Meski berat, Ifan mengaku harus bisa menghadapi ketakutannya demi menyampaikan pesan dari rekan-rekan band-nya.

"Ini hal yang gue hindari banget sebenarnya waktu itu. Tapi, mau enggak mau, gue harus ada di proses ini. Apa yang jadi ketakutan gue, harus dihadapi, karena mau enggak mau. Proses film ini, benar banget kata Mas Upie, ini adalah legacy, pesan dari anak-anak," tutur Ifan.

Lebih lanjut, Ifan juga merasa sangat kesulitan saat menceritakan kenangan bersama Seventeen dan sang istri jauh sebelum tragedi tsunami. Bahkan, ia tidak bisa menceritakan semua kisahnya pada Upie dalam satu kali pertemuan.

"Kita tuh banyak break ya. Karena, misalnya, baru cerita setengah, break dulu, kumpulin tenaga dulu, tenang-tenang, baru lanjut. Kalau langsung gitu pasti enggak kuat. Butuh energi banget gitu, saat cerita tuh energi terserap banget. Kan gue ceritanya dari waktu awal-awal Seventeen masih susah sampai tragedi itu. Itu melelahkan banget," tandas Ifan.

(wk/wahy)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait