Mongolia Tak Mau Cabut Lockdown Sebelum Vaksin Corona Ditemukan
AP
Dunia

Keputusan ini tetap diberlakukan meski Mongolia tergolong sebagai salah satu negara dengan kasus COVID-19 terendah di dunia, dengan 140 kasus, yang sebagian besar merupakan impor dari Rusia.

WowKeren - Perdana Menteri Mongolia, Khurelsukh Ukhnaa, mengatakan negara tersebut akan tetap menjalankan peraturan ketat untuk mencegah penyebaran virus corona (COVID-19) hingga vaksin ditemukan. Keputusan itu mengandung arti bahwa lockdown akan tetap berlaku hingga beberapa bulan ke depan.

"Negara akan tetap memberlakukan peraturan karantina hingga vaksin tersedia," kata Ukhnaa kepada media di gedung parlemen negara tersebut.

Perdana Menteri Mongolia itu tak menyebutkan lebih detail tentang tindakan yang akan tetap dilakukan. Ia juga menyebut tidak mengetahui kapan batas negara akan kembali dibuka. Meski begitu, Ukhnaa mengatakan pemilihan umum legislatif akan tetap digelar sesuai rencana, 24 Juni mendatang.

Berlokasi di antara Tiongkok dan Rusia, Mongolia termasuk negara pertama yang menutup diri sejak 12 Maret kala pandemi COVID-19 mulai mewabah. Dikutip dari CNN, banyak universitas, sekolah, dan taman kanak-kanak ditutup hingga September. Pertemuan dan demonstrasi publik dilarang, anak-anak di bawah 12 tahun tidak diizinkan berada di mal atau pun restoran, dan masker diwajibkan.

Mongolia sendiri tergolong sebagai salah satu negara dengan kasus COVID-19 terendah di dunia, dengan 140 kasus, yang sebagian besar merupakan impor dari Rusia. Orang yang kembali ke Mongolia dari luar negeri diterapkan karantina selama tiga pekan.


Sementara itu, WHO juga mengimbau pada seluruh masyarakat dunia untuk tetap berhati-hati terhadap virus ini hingga vaksinnya ditemukan. Tedros Adhanom Ghebreyesus bahkan mengklaim bahwa virus ini masih akan bertahan lama dan tak bisa berakhir dalam waktu dekat. "Jangan salah. Kita masih harus menempuh jalan panjang. Virus ini akan bersama kita untuk waktu yang lama," ujarnya.

Hal tersebut lantaran sebagian besar negara di dunia masih berada dalam tahap awal pandemi, sementara beberapa negara lainnya mulai bangkit dari wabah ini. "Sebagian besar negara masih dalam tahap awal dan beberapa yang terdampak awal pandemi mulai melihat kebangkitan dalam kasus-kasus," tuturnya.

Sedangkan Dale Fisher selaku pejabat Jaringan Peringatan dan Respons Wabah Global Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) justru menyebut vaksin virus tersebut kemungkinan baru akan siap pada akhir 2021 mendatang.

Kemungkinan ini dinilai sangat masuk akal, mengingat kebutuhan uji coba Fase 2 dan 3 dari tiap vaksin untuk menjamin keamanan dan kemanjurannya. Selain itu, perlu ada waktu bagi peningkatan produksi dan distribusi, serta pemberian vaksin. "Kami saat ini masih dalam target," tutur Fisher.

"Kami selalu berpikir bahwa sekitar bulan April, Mei, kami akan berada dalam studi tahap 1. Jadi ini berarti vaksin potensial telah ditemukan," ujarnya menambahkan. "Kami sekarang mencobanya pada individu, pada dasarnya untuk melihat apakah vaksin itu aman," imbuhnya.

Terkait penggunaan obat atau antivirus lainnya dalam pengobatan corona, Dale Fisher menyebut itu masih jauh dari mujarab. Menurutnya, pertahanan terbaik terhadap COVID-19 adalah vaksin yang akan membuat imunitas publik meningkat.

(wk/luth)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait