Dunia Terancam Krisis Pangan Imbas Corona, Ini Bukti Dan Datanya
Dunia

Pandemi virus corona saat ini dilaporkan mulai menciptakan krisis pangan yang mengancam berbagai negara. Berikut merupakan bukti dan data mengenai ancaman ini.

WowKeren - Pandemi virus corona (COVID-19) saat ini tidak hanya mengancam kehidupan manusia hingga perekonomian dunia saja. Virus asal Wuhan, Tiongkok ini juga dinilai akan membuat dunia menghadapi krisis pangan.

Hal tersebut terlihat dari fenomena sejumlah negara yang sejak pandemi mengguncang, mulai mengamankan ketahanan pangan masing-masing. Selain itu, segala pembatasan mobilitas serta aksi proteksionisme selama pandemi dinilai sangat riskan untuk memicu terjadinya krisis pangan.

Sebagai contoh, keputusan menggemparkan telah dilakukan Vietnam saat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan wabah virus corona sebagai pandemi. Negara eksportir terbesar beras di dunia itu langsung memutuskan untuk melakukan pembatasan ekspor pada Maret-April lalu.

Dilansir dari Reuters, Vietnam telah membatasi kuota ekspor berasnya hanya 500 ribu ton saja. Alasannya, Vietnam lebih ingin memastikan beras yang diproduksi cukup untuk kebutuhan pangan nasional dan stok mereka selama pandemi.


Dampak dari keputusan Vietnam, dunia langsung diguncang dengan kenaikan harga beras internasional hingga lebih dari US$ 100 per ton. Kenaikan harga yang signifikan pada akhirnya akan menyebabkan inflasi di negara importir dan membuat masyarakat miskin akan semakin menderita mengingat sebagian besar pengeluarannya dialokasikan untuk makanan.

Harga beras yang semakin melonjak tajam berpotensi membuat panic buying sehingga stok akan semakin menipis. Hal ini juga akan terus memicu kenaikan dan kelangkaan beras, sehingga masyarakat miskin akan semakin kesulitan dalam mendapatkan makanan bergizi.

Krisis pangan benar-benar menjadi ancaman serius bagi banyak negara, terutama Indonesia. Ada sejumlah faktor yang bisa memicu terjadinya krisis pangan di Tanah Air seperti penurunan tenaga kerja di sektor pertanian, penurunan output hingga disrupsi transportasi dan logistik.

Menurut Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), pandemi virus corona telah menyebabkan jumlah tenaga kerja di sektor pertanian RI diperkirakan akan mengalami kontraksi 4,87 persen tahun ini. Hal ini tentunya akan mempengaruhi produksi pangan. Terlebih, jumlah tenaga kerja di sektor pertanian dalam negeri menyumbang angka yang paling besar dibandingkan dengan sektor lainnya.

(wk/lian)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait