Pakar Gesture Soroti Ekspresi Tersembunyi Jokowi Saat Ancam Reshuffle Kabinet
Instagram
Nasional

Berdasarkan raut wajah presiden, pakar bahasa tubuh menilai sepanjang pembicaraan memperlihatkan banyak kesedihan. Hal itu terlihat dari gerakan alis dan bibir sang presiden.

WowKeren - Pada Sidang Kabinet Paripurna di Istana Negara, Kamis (18/6), Presiden Joko Widodo alias Jokowi terlihat kecewa dengan kinerja para kabinetnya. Pakar bahasa tubuh dan mikroekspresi Monica Kumalasari ikut menyoroti bahasa tubuh Presiden Jokowi dalam pidato tersebut.

Monica menilai Jokowi bicara secara spontan tanpa teks selain mungkin catatan berisi poin-poin catatan pribadinya. Sehingga ekspresi yang terbentuk di raut wajah kepala negara adalah sesuatu yang asli. "Akan mengekspresikan perasaan seseorang secara lebih genuine," kata Monica di Jakarta, Senin (29/6).

Selain raut wajah, Monica menganalisa gestur Jokowi berdasarkan bahasa tubuh, suara, gaya verbal dan konten. Berdasarkan raut wajah presiden, Monica menilai sepanjang pembicaraan memperlihatkan banyak kesedihan. Hal itu terlihat dari gerakan alis dan bibir sang presiden.

"Kemudian juga ada fear, rasa takut, kemudian yang paling dominan mengenai emosi marah," kata dia. Yang mana, ekspresi marah ini terlihat dari bibir yang terlipat begitu juga dengan alis mata.


Jokowi sebelumnya mengungkapkan kekesalannya lantaran sudah tiga bulan berjalan, progres penanganan pandemi COVID-19 di Indonesia masih belum mengalami kemajuan. Ekspresi itu jelas terlihat saat presiden mengatakan "Tidak ada progres secara signifikan" juga "Ini saya pertaruhkan reputasi politik saya".

Selain itu, Monica juga menyoroti satu kalimat yang diulang-ulang oleh Jokowi hingga 4 kali. "Di awal-awal ini Pak Jokowi juga banyak mengatakan bahwa 'Kita memiliki perasaan yang sama', itu lebih dari empat kali dikatakan seperti itu. Saya menganalisa bahwa ini cara beliau mengatakan 'Hei kenapa para menteri ini tidak berempati'."

Jokowi juga berkali-kali mengingatkan agar semua pihak memiliki persamaan yang sama. Monica melihat frasa "Kita harus memiliki perasaan yang sama" yang diucapkan berulang-ulang. Presiden terlihat geram karena para menteri tidak memiliki empati yang sama.

Sementara itu dalam hal suara, menurut Monica, ada suara yang lebih rendah dan pelan, yang mana hal ini menunjukkan kesedihan. Sebaliknya, ada juga pitch suara yang meninggi seperti sudah berteriak yang menunjukkan kemarahan memuncak.

(wk/zodi)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru