Belajar Jarak Jauh Diterapkan, Mendikbud Nadiem 'Disentil' Soal Siswa Papua
Nasional

Provinsi Papua memiliki banyak kendala untuk melaksanakan sistem belajar online selama pandemi COVID-19. Oleh karena itu Mendikbud Nadiem diminta untuk mencari solusi yang tepat untuk persoalan ini.

WowKeren - Sejak adanya wabah corona (COVID-19) di Indonesia, sistem belajar mengajar yang semula tatap muka kini beralih ke daring. Sekolah-sekolah diliburkan demi mencegah penyebaran virus mematikan tersebut pada anak-anak penerus bangsa.

Namun, pelaksanaan belajar daring atau belajar jarak jauh (PJJ) ini tak bisa dilakukan mulus tanpa kendala. Salah satunya seperti yang terjadi di Papua.

Kepala Dinas Pendidikan, Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Papua Christian Sohilait menyampaikan jika pihaknya mendapat banyak kendala dalam mengelola pembelajaran jarak jauh. Terutama mengenai keterbatasan listrik dan internet serta gawai.

Menurutnya, Mendikbud Nadiem Makarim harus mendengar langsung keluhan dan kendala di daerah. Tidak melalui anak buahnya di Kemendikbud.

"Saya usul Mendikbud satu waktu buka ruang untuk kami, seluruh Disdik untuk komunikasi langsung," ujar Christian melalui konferensi video pada acara diskusi daring, Senin (20/7). "Jangan kasih ke Dirjen, sehingga infonya kita tidak tau sampai atau tidak."

"Memang susah ini birokrasi, karena itu kita stres dengan kondisi ini," imbuhnya. "Sudah refocussing dana pendidikannya tidak ada, terus kita harus berjuang menyelamatkan anak-anak 600 ribu orang dengan 18 guru di Papua."

Christian menjelaskan bahwa pembelajaran di Papua dilakukan dengan dua metode, yakni via internet atau daring dan luar jaringan (luring) atau tatap muka. Namun pembelajaran daring hanya bisa dilakukan 46 persen siswa di Papua.


Christian sudah beberapa kali menyampaikan kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Perkembangan terbaru juga sudah disampaikan langsung ke kantor Kemendikbud di Senayan, Jakarta.

"Kebetulan saya di Jakarta, saya berikan ke Kemendikbud langsung data sinyal yang mereka minta," ungkapnya. "Langsung data titik koordinatnya agar mudah dipantau. Tapi memang (jaringan) masih terus menjadi masalah."

Di samping kendala jaringan, keterbatasan kemampuan guru dan siswa mengoperasikan gawai juga jadi masalah. Tetapi ketika ada siswa atau guru yang bisa kadang gawai yang akan digunakan tidak ada.

Pihaknya sendiri telah berupaya melakukan pelatihan kepada guru. Namun pelatihan hanya mampu mencakup 500 sampai 800 guru, padahal jumlah guru di Papua ada 18 ribu dan hampir 40 persen tak paham teknologi.

Christian mengatakan pihaknya juga sudah memberikan 12 ribu radio dan 25 ribu buku cetak secara gratis untuk membantu PJJ bagi siswa di pedalaman Papua. Namun hal ini pun belum mencakup keseluruhan jumlah siswa.

Sekedar informasi, pada tahun ajaran baru ini sudah ada 17 kabupaten/kota yang berada di zona hijau. Namun Christian belum mau membuka sekolah karena mendapati sejumlah kasus pada beberapa zona hijau jelang masuk sekolah.

Oleh karena itu, ia menginstruksikan sekolah melakukan PJJ setidaknya hingga 31 Juli. Jika ada sekolah yang ingin tatap muka, ia menekankan persiapan dan keamanan siswa harus terjamin.

(wk/nidy)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait