Gibran Dinilai Pakar Terlalu Emosional di Debat Pilkada Solo Perdana
Nasional

Pengamat politik dan hukum Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Agus Riewanto, menilai kedua paslon di Pemilihan Wali Kota Solo 2020 memiliki gagasan yang serupa.

WowKeren - Putra sulung Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming, baru saja mengikuti debat publik perdana sebagai Calon Wali Kota Solo 2020. Paslon Gibran-Teguh Prakosa diketahui bersaing dengan paslon Bagyo Wahyono-FX Supardjo.

Sayangnya, baik Gibran maupun Bagyo dianggap belum optimal dalam debat perdana tersebut. Menurut pengamat politik dan hukum Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Agus Riewanto, Gibran terlalu emosional sedangkan Bagyo tampak seperti sedang mencurahkan hati alias curhat.

"Baik Gibran dan Bajo memang terkesan belum mampu secara kuat memaparkan gagasan besar itu agar mudah ditangkap publik," tutur Agus dilansir detikcom pada Sabtu (7/11). "Gibran saya lihat terlalu emosional, cara memamparkan gagasan tidak runut, dan tidak detail. Sedangkan Bajo kesannya bukan orang berkampanye atau mempersuasi, tapi seperti curhat saja."

Adapun kedua paslon tersebut dinilai Agus memiliki gagasan yang mirip. Gibran dinilai lebih unggul dalam gagasan ekonomi dan pembangunan kota. Sedangkan Bagyo dinilai lebih tenang dan dapat menyampaikan gagasannya secara sederhana.


"Tapi Gibran saya pikir juga masih meraba-raba karena risetnya belum mendalam," terang Agus. "Bagyo kebanyakan hanya merepetisi atau merespons Gibran saja."

Menurut Agus, kekurangan kedua paslon Pilkada Solo tersebut tak lepas dari latar belakang mereka masing- masing. Baik Gibran maupun Bagyo dinilai tidak memiliki pengalaman empirik di dunia politik.

"Karena memang tidak punya pengalaman empirik di bidang politik, sosial dan mereka bukan organisatoris," ujar Agus. "Dan tidak terbiasa memaparkan gagasan besar dalam organisasi politik."

Oleh sebab itu, Agus memberikan beberapa saran untuk kedua paslon yang berkompetisi di Pilkada Solo ini. Ia berharap agar keduanya dapat tampil lebih baik dalam debat kedua bulan depan.

"Perlu riset mendalam, solusi juga kurang kuat. Kalau bisa nanti lebih kuat dalam data. Untuk Gibran, tidak perlu menggebu-gebu, rileks saja," pungkas Agus. "Untuk Bagyo, gagasannya kurang global, kurang makro, sehingga kurang mempersuasi orang."

(wk/Bert)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait