Ada Temuan Drone Diduga Milik Tiongkok di Laut RI, TNI Diminta Waspada Perang Besar
Reuters
Nasional

Pengamat militer dan intelijen Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati meminta pemerintah untuk berhati-hati dan tidak menganggap remeh temuan drone diduga milik Tiongkok di Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulsel.

WowKeren - Seorang nelayan di Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan (Sulsel), pada Selasa (29/12) lalu, menemukan benda asing mirip rudal yang terapung di laut. Benda tersebut rupanya terpasang kamera yang masih menyala.

Disebutkan jika benda asing tersebut merupakan UUV (unmanned underwater vehicle) atau drone yang diduga menjadi milik Tiongkok. Pengamat militer dan intelijen Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati pun mengingatkan pemerintah untuk berhati-hati dan tidak menganggap remeh temuan drone tersebut.

Pemerintah juga diminta segera menetapkan langkah-langkah strategis terkait hal itu. "Kemenhan, Mabes TNI dan Mabes TNI AL tidak boleh memandang remeh hasil temuan ketiga UUV beberapa waktu yang lalu. Jangan sampai konsentrasi menghadapi COVID-19 kemudian mengurangi Kewaspadaan Nasional terhadap bahaya perang besar di Laut Cina Selatan," kata Susaningtyas di Jakarta, Senin (4/1).

Pengamat yang kerap disapa Nuning ini mengatakan jika penemuan UUV itu merupakan fakta bahwa penggunaan unmanned system (sistem tanpa awak) telah dilakukan oleh berbagai negara maju di laut. UUV yang ditemukan oleh prajurit TNI AL berlabel Shenyang Institute of Automation Chinese Academic of Sciences merupakan platform khusus yang dirancang untuk mendeteksi kapal-kapal selam Non-Chinese. Alat itu juga bisa merekam semua kapal-kapal yang beroperasi di perairan Asia Tenggara dan Laut Cina Selatan.


Menurut Nuning penemuan UUV ini menunjukkan bukti bahwa perairan Indonesia menjadi "spill over" adu kekuatan militer antara Tiongkok dan Amerika Serikat berikut sekutunya. "UUV ini masuk ke dalam kategori platform penelitian bawah laut. Namun tidak menutup kemungkinan Tiongkok atau negara lainnya sudah meluncurkan USSV (Unmanned Sub-Surface Vehicle) yang sudah membawa persenjataan. USSV ini lebih berbahaya daripada UUV," paparnya.

Semua UUV yang ditemukan dalam kondisi malfunction dan bukan expired, yang artinya ada kendala teknis internal di dalam sistemnya. Dari analisa awal, ketiga UUV diperkirakan sudah memiliki jam selam lebih dari 25.000 atau mendekati 3 tahun. Kemungkinan besar UUV tersebut diluncurkan November 2017.

Menurutnya, langkah-langkah strategis yang dilakukan pemerintah terkait penemuan UUV itu, yakni pertama, dari aspek hukum, perlu segera ditetapkan peraturan penggunaan semua jenis unmanned system di wilayah Indonesia baik UAV di udara, USV di permukaan laut maupun UUV di bawah permukaan laut. Sejalan dengan itu, dibutuhkan pula peraturan pemerintah yang menentukan tata cara menghadapi "illegal research" (penelitian ilegal) di perairan Indonesia, mulai dari perairan kepulauan hingga zona ekonomi eksklusif (ZEE).

Tak hanya itu, Kemenhan juga diminta untuk Kemenhub untuk segera memasang underwater detection device (UUD/alat deteksi di dalam laut) di seluruh Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) dan semua selat strategis untuk memantau semua lalu lintas bawah laut, utamanya di Selat Malaka, Laut Natuna, Selat Makassar, Selat Sunda dan Selat Lombok. TNI AL juga harus meningkatkan sistem pendidikan bagi prajurit TNI AL agar memiliki kecakapan melakukan peperangan Anti-USSV sebagai bagian dari kemampuan peperangan anti-unmanned system.

(wk/nidy)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait