Pulau Jawa Dikepung Banjir, Ini Penjelasan BMKG
Nasional

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawat menyatakan aktivitas La Nina dan angin monsun menjadi salah satu pemicu banjir yang terjadi di beberapa wilayah di Jawa.

WowKeren - Sejak awal tahun 2021, bencana alam di Indonesia datang silih berganti. Mulai dari gempa, erupsi gunung merapi, tanah longsor hingga banjir.

Beberapa waktu terakhir, Pulau Jawa tengah dikepung oleh banjir. Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawat menyatakan aktivitas La Nina dan angin monsun menjadi salah satu pemicu banjir tersebut.

Aktivitas La Nina dan angin monsun Asia menciptakan hujan dengan intensitas tinggi di Jawa. "Kami katakan siaga banjir, hujan pemicunya, kami prediksi dapat mencapai lebih dari 100 milimeter. Pemicunya ini yang menjadikan potensi banjir, benar-benar menjadi banjir," ujar Dwikora, Senin (8/2).

Dwikora menjelaskan La Nina adalah fenomena anomali iklim. Dia mengatakan La Nina akibat dari pemanasan iklim secara global.

Dwikora berkata suhu muka air luat di Samudra Pasifik saat ini lebih dingin dibandingkan dengan suhu muka air luar di wilayah Indonesia. Dia menyebut suhu muka air laur di Indonesia saat ini rata-rata 29,4 derajat Celsius atau naik dari biasanya sekitar 25 derajat Celsius.


"Perbedaan mencolok di sini (Indonesia) panas, di Pasifik dingin, akibatnya terjadi aliran massa udara basah dari Pasifik menuju kepulauan Indonesia dan membawa uap-uap air dari Samudera Pasifik," ujarnya. "Hal ini menambah pasokan curah hujan bulanan di Indonesia hingga 40 persen."

Sedangkan fenomena angin monsun Asia, dia berkata sedang mencapai puncaknya pada bulan ini. Dalam laman resmi, BMKG menyatakan angin monsun atau bisa disebut juga angin musim adalah angin yang bertiup dalam skala regional (skala benua) yang berubah arah azimut minimal 120 derajat dan terjadi secara periodik (6 bulan sekali).

Menurut laporan BMKG, Indonesia terkena dampak dari 2 tipe angin monsun, yakni Monsun Timuran dan Monsun Baratan. Angin Monsun Timuran rata-rata bertiup dari atah timur hingga tenggara dan bertiup pada bulan April sampai dengan Oktober di setiap tahunnya.

Angin Monsun Timuran ini adalah indikator musim kemarau bagi wilayah Indonesia. "Sedangkan Angin Monsun Baratan rata-rata bertiup dari arah barat hingga barat laut dan bertiup pada bulan Oktober sapai dengan April di setiap tahunnya. Angin monsun Baratan ini adalah indikator musim hujan bagi wilayah Indonesia," kata BMKG.

Perlu diketahui, La Nina adalah kejadian penyimpangan iklim yang ditandai dengan kondisi suhu muka laut di Samudra pasifik equator bagian tengah dan timur yang lebih dingin dibanding normalnya. Kondisi ini akan memicu penyimpangan pada gerak masa udara di atmosfer.

Fenomena La Nina umumnya terjadi setelah El Nino sehingga para ahli berpendapat kejadian La Nina merupakan salah satu cara sistem iklim mencapai keseimbangan. El Nino merupakan kejadian penyimpangan iklim dimana suhu muka laut di samudra pasifik menghangat hingga diatas normalnya.

(wk/nidy)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait