Terawan Disebut Tak Beritahu Menristek Soal Pengembangan Vaksin Nusantara
Instagram/bambangbrodjonegoro
Nasional

Menurut Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang Brodjonegoro, pengembangan Vaksin Nusantara di luar konsorsium atau pembiayaan pengembangan Vaksin Merah Putih.

WowKeren - Vaksin virus corona (COVID-19) yang digagas mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, Vaksin Nusantara, masih menuai kontrversi. Menurut Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang Brodjonegoro, pengembangan Vaksin Nusantara di luar konsorsium atau pembiayaan pengembangan Vaksin Merah Putih.

"Vaksin Nusantara ini di luar konsorsium vaksin Merah Putih," tutur Bambang dalam rapat kerja bersama Komisi VII DPR RI pada Selasa (30/3). "Karena vaksin Merah Putih kami berdasarkan Keppres 18 tahun 2020, di mana saya jadi ketua timnya dengan wakilnya Menteri Kesehatan dan Menteri BUMN."

Bambang mengungkapkan bahwa Terawan yang kala itu masih menjabat sebagai Menkes tak pernah memberikan informasi terkait pengembangan vaksin dengan dendritik tersebut. Proses uji klinis Vaksin Nusantara ini disebut dilakukan di Rumah Sakit Kariadi, Semarang, Jawa Tengah.

"Nah, tetapi waktu itu Menkes tidak pernah informasikan kepada kami mengenai vaksin dengan platform dendritik ya, yang kemudian yang disebut Vaksin Nusantara," jelas Bambang. "Dan ternyata proses penelitian di hulu dilakukan di Amerika sedangkan uji klinis dilakukan Indonesia di RS Kariadi Semarang."


Pihak Kemenristek sendiri disebut tak pernah diberitahui mengenai perkembangan Vaksin Nusantara ini. Padahal, Terawan sendiri ikut terlibat langsung dalam tahap awal perencanaan vaksin Merah Putih.

"Jadi sejarahnya memang meskipun Pak Terawan tahu bahwa beliau termasuk di dalam tim vaksin Merah Putih, tapi kami tidak pernah diberi tahu bawa ada upaya pengembangan vaksin Nusantara tersebut. Tentunya sekarang vaksin Nusantara sudah berproses uji klinis tahap I yang kemudian menunggu rekomendasi BPOM untuk uji klinis tahap kedua," pungkasnya. "Sedangkan kami tahapannya baru akan pindah dari laboratorium ke manufaktur terutama untuk Eijkman dan Unair."

Sebelumnya, Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Prof Amin Soebandrio mengungkapkan bahwa penelitian Vaksin Nusantara disetop sementara akibat masalah laporan internal di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Sesuai prosedur, BPOM memerlukan laporan internal yang lengkap soal penelitian Vaksin Nusantara sebelum ada izin untuk lanjut ke uji klinis tahap II.

Sedangkan berdasarkan rapat kerja tertanggal 10 Maret 2021, BPOM telah mengungkapkan sejumlah kejanggalan dari laporan uji klinis I Vaksin Nusantara. Beberapa kejanggalan yang ditemui seperti data yang berbeda hingga proses yang dianggap tidak sesuai dengan standar Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Atas alasan itulah BPOM akhirnya belum mengizinkan penelitian Vaksin Nusantara berlanjut ke tahap uji klinis II.

(wk/Bert)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait