Meski Timbulkan Gejala Tak Terlalu Parah, WHO Sebut Omicron Tidak Bisa Dikategorikan 'Ringan'
Dunia

Pimpinan WHO di manajemen klinis, Dr Janet Diaz, mengungkapkan bahwa studi awal menunjukkan ada penurunan risiko rawat inap dari Varian Omicron dibandingkan dengan Delta.

WowKeren - COVID-19 Varian Omicron yang lebih menularkan tampaknya memang menghasilkan gejala penyakit yang tidak terlalu parah jika dibandingkan dengan Varian Delta. Namun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengingatkan bahwa Varian Omicron tidak boleh dikategorikan sebagai "ringan".

Pimpinan WHO di manajemen klinis, Dr Janet Diaz, mengungkapkan bahwa studi awal menunjukkan ada penurunan risiko rawat inap dari Varian Omicron dibandingkan dengan Delta. Hal ini disampaikan Diaz pada Kamis (6/1).

Selain itu, tampaknya ada juga penurunan risiko keparahan pada orang yang lebih muda dan lebih tua. Namun dampak Omicron pada orang tua masih belum terjawab karena sebagian besar kasus yang dipelajari sejauh ini terjadi pada orang yang lebih muda.

"Meskipun Omicron tampaknya tidak terlalu parah dibandingkan Delta, terutama pada mereka yang divaksinasi, tidak berarti (varian) itu harus dikategorikan sebagai ringan," tutur Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam pengarahan yang sama di Jenewa. "Sama seperti varian sebelumnya, Omicron membuat orang-orang dirawat di rumah sakit dan membunuh orang."


Lebih lanjut, Tedros memperingatkan "tsunami" kasus ketika infeksi global melonjak ke rekor yang dipicu oleh Omicron dan Delta. Tedros juga kembali menyerukan kesetaraan yang lebih besar secara global dalam distribusi dan akses ke vaksin COVID-19.

Ia menambahkan bahwa berdasarkan tingkat vaksinasi saat ini, 109 negara tidak akan bisa memenuhi target WHO untuk memvaksinasi penuh 70 persen populasi dunia per Juli 2022. Target tersebut dipasang untuk membantu mengakhiri fase akut pandemi.

"Suntikan booster demi booster di sejumlah kecil negara tidak akan mengakhiri pandemi sementara miliaran (orang) tetap tidak terlindungi sama sekali," ujarnya.

Sementara itu, penasihat WHO Bruce Aylward mengatakan bahwa cakupan vaksinasi COVID-19 di 36 negara bahkan belum mencapai 10 persen. Aylward juga menambahkan bahwa di antara pasien parah di seluruh dunia, 80 persen belum divaksinasi.

Laporan epidemiologi mingguan WHO pada Kamis (6/1) mengungkapkan bahwa kasus COVID-19 dalam pekan hingga 2 Januari 2022 meningkat 71 persen atau 9,5 juta dibanding pekan sebelumnya. Namun angka kematian turun sebesar 10 persen atau 41 ribu kasus.

(wk/Bert)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait