Rusia Disebut Siap Invasi Kapan Saja, Kelompok Nenek-Nenek Siap Tempur Lindungi Ukraina
Dunia

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky memperkirakan bahwa Rusia akan menyerang wilayahnya pada Rabu (16/2) besok. Hal ini dituliskan Zelensky di laman Facebook pribadinya tanpa mengutip sumber informasinya.

WowKeren - Ketegangan Ukraina dengan Rusia semakin memanas. Pihak Amerika Serikat (AS) bahkan telah memperingatkan bahwa invasi Rusia ke Ukraina dapat dimulai kapan saja.

"Kami berada di jendela ketika invasi dapat dimulai kapan saja," ujar Wakil Sekretaris Pers Utama Gedung Putih, Karine Jean-Pierre.

Ia menambahkan bahwa jalan untuk diplomasi tetap terbuka. Namun AS "melihat dengan jelas tentang prospek di lapangan" dengan adanya lebih dari 100 ribu tentara Rusia yang berkumpul di sepanjang perbatasan Ukraina.

Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky memperkirakan bahwa Rusia akan menyerang wilayahnya pada Rabu (16/2) besok. Hal ini dituliskan Zelensky di laman Facebook pribadinya tanpa mengutip sumber informasinya.

"Kami diberitahu bahwa 16 Februari akan menjadi hari penyerangan. Kami akan menjadikannya sebagai Hari Persatuan," tulisnya. "Keputusan terkait sudah ditandatangani. Pada hari ini, kami akan mengibarkan bendera nasional, memasang pita biru dan kuning, dan menunjukkan kepada dunia persatuan kami."

Di tengah memanasnya ketegangan dengan Rusia, kalangan wanita di Ukraina bersiap untuk melakukan apa pun dalam membantu perang potensial. Termasuk pasukan "babushka" yang terdiri dari wanita-wanita yang lebih tua alias nenek-nenek.


Salah satunya adalah nenek-nenek 79 tahun bernama Valentyna Konstantinovska. Ia mengaku siap mengangkat senjata dan melawan tentara Rusia untuk melindungi kotanya jika Presiden Vladimir Putin memerintahkan invasi ke Ukraina.

Konstantinovska sendiri telah menjadi sukarelawan sejak konflik pecah di negara itu pada tahun 2014. Ia dan pasukan "babushka" telah menggali parit, menyediakan persediaan, membuat jaring, menawarkan perawatan medis dan bahkan membangun menara pengintai.

"Saya mencintai kota saya, saya tidak akan pergi. Putin tidak bisa menakut-nakuti kita. Ya, itu menakutkan, tetapi kami akan membela Ukraina kami sampai akhir," ujarnya dalam sebuah acara pelatihan tentang bagaimana mempersiapkan dan membela diri.

Pelatihan tersebut menawarkan pelajaran dasar dalam perawatan medis tanggap pertama, kelangsungan hidup dan evakuasi, keamanan senjata dan cara menembakkan senjata. Warga mengatakan itu adalah satu-satunya pelatihan keselamatan atau kesadaran yang mereka terima selama hampir delapan tahun konflik.

"Saya sudah bermimpi sejak 2014 untuk belajar menggunakan pistol, tetapi diberi tahu 'babushka, kamu terlalu tua untuk itu. Anda akan terlempar dari kaki Anda dengan mundur'," ungkapnya sembari berlatih membidik senapan serbu model AK-47.

Sementara itu, Liudmyla Smahlenko yang berusia 65 tahun harus kehilangan seorang kerabat yang terbunuh saat memerangi separatis di Ukraina timur pada tahun 2015. Dia mengatakan setelah bertahun-tahun menjadi sukarelawan untuk upaya perang, dia telah mengembangkan perasaan yang kuat untuk para pemuda yang berperang.

"Kami sudah menjadi batalyon babushka. Pada tahun 2014, kami menggali parit, mendirikan pangkalan lapangan dan karena kami menyumbangkan bantal dan selimut, piring, mug – kami membawa semua yang kami bisa," kata Smahlenko. "Anda mencoba membantu para prajurit dan mereka menjadi seperti anak-anak Anda. Kemudian salah satu dari mereka mati. Banyak yang telah hilang sekarang dan rasanya seperti anak-anak Anda sekarat setiap saat."

(wk/Bert)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait