Waspada! BNPT Sebut Teroris Kini Ada di Ormas Islam Hingga Lembaga Negara
Maxpixel
Nasional

BNPT kembali mengimbau kewaspadaan akan ancaman jaringan terorisme di Indonesia. BNPT mengingatkan bahwa para teroris telah menyusup ke berbagai ormas Islam dan lembaga negara.

WowKeren - Sejak awal tahun 2022, BNPT mengungkap hasil penyelidikan mereka terkait pergerakan jaringan terorisme di Indonesia. Hal itu pun sempat menimbulkan pro dan kontra dari berbagai pihak. Kini, BNPT kembali menyampaikan pernyataan yang tak kalah mengejutkan.

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme mengungkap strategi baru yang digunakan jaringan teroris. Para anggota teroris kini disebut sudah bersembunyi di antara partai, ormas Islam, maupun lembaga negara.

Menurut Direktur DeradikalisasiBNPT, Irfan Idris, meskipun kelompok teroris kerap menyatakan anti-demokrasi, sebenarnya mereka juga menerapkan sistem tersebut untuk menguasai lembaga secara formal.

"Jangankan lembaga negara, jangankan partai. Organisasi ummat yang sangat kita harapkan melahirkan fatwa-fatwa atas kegelisahan umat terhadap persoalan kebangsaan itu juga dimasuki (teroris)," ujar Irfan dalam Sharing Session BNPT di Jakarta Selatan, Jumat (18/2).

Irfan menjelaskan bahwa perubahan strategi kelompok teroris ini terjadi sejak pemimpin ISIS, Abu Bakar Al Baghdadi menyebarkan seruan agar pengikutnya (simpatisan, militan, pendukung, dan kelompok inti) tidak mesti datang ke Suriah. Atas dasar seruan itu, kelompok teroris berencana membuat wilayah Poso, Sulawesi Tengah sebagai pusat aksi. Tapi rencana itu terkendala kematian pemimpin Mujahidin Indonesia Timur (MIT), salah satu organisasi pendukung ISIS yang dieksekusi aparat.


"Ini perubahan strategi mereka setelah Abu Bakar Al Bagdhadi mengumandangkan, menginstruksikan, untuk melakukan pola jangan semuanya harus ke Suriah," ujar Irfan.

Meski begitu, Irfan menegaskan bahwa pernyataan soal keberadaan teroris di suatu partai maupun Ormas, bukan bermaksud untuk menuding lembaga sebagai organisasi teroris. Info itu diungkap agar lembaga-lembaga tersebut waspada.

Dijelaksn bahwa saat menyusup ke partai ormas, maupun suatu lembaga negara, teroris tidak langsung melancarkan aksi. Di perguruan tinggi misalnya, mereka melakukan langkah demi langkah untuk menguasai lembaga itu. Mereka juga kerap menggunakan istilah yang digunakan oleh orang pada umumnya guna menarik simpati seperti, pengajian, tabligh akbar, halaqah, dsn lainnya.

"Tidak langsung melakukan aksi di pendidikan tinggi tapi melakukan proses-proses awal, misalnya pengajian, dengan sangat disayangkan," pungkasnya.

Sebelumnya, dalam beberapa bulan Densus 88 menangkap sejumlah terduga teroris. Sebagian dari mereka merupakan anggota partai seperti Partai Dakwah dan Partai Ummat. Selain itu, mereka juga tercatat sebagai anggota Majelis Ulama Indonesia (MUI).

(wk/amel)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait