Orangtua di Hong Kong Khawatir Pembelajaran Online Berkepanjangan 'Menghancurkan' Anak-Anak
Dunia

Untuk menekan angka penyebaran kasus COVID-19, khususnya terhadap anak-anak, sekolah mengalihkan pembelajaran secara online. Namun hal ini dikhawatirkan lantaran memiliki dampak buruk.

WowKeren - Selama pandemi COVID-19 berlangsung di banyak negara dunia, banyak aktivitas yang dialihkan menjadi secara daring atau online, termasuk sekolah. Salah satu negara yang juga menerapkan kebijakan ini adalah Hong Kong.

Namun dengan keadaan sekolah secara online jika dilakukan secara terus-menerus atau dalam kurun waktu yang panjang, orangtua mengkhawatirkan hal tersebut akan berdampak buruk terhadap anak-anak.

Salah satu orangtua murid di Hong Kong yang diketahui identitasnya sebagai Emily Kwong mengkhawatirkan anaknya yang berusia balita itu tidak belajar secara maksimal dan mendapatkan ilmunya apabila terus melakukan belajar online.

Di tambah kini Hong Kong diketahui kembali menerapkan kebijakan pengetatan COVID-19 dengan meminta masyarakat untuk tetap berada di rumah, khususnya menutup sekolah pada awal Maret mendatang. Kwong lantas mengatakan banyak orangtua dan guru di pusat keuangan global yang khawatir tentang kesehatan mental dan pendidikan anak-anak mereka.


"Hanya dengan iPAD, Zoom, selama dua tahun penuh, tahun depan dia akan berada di Tahun 1, dan dia tidak akan belajar apa pun dari dua tahun terakhir," tutur Kwong dalam keterangannya, dikutip pada Kamis (24/2).

Menurut Kwong, banyak anak yang akhirnya tidak mempunyai teman akibat dari pembelajaran online selama pandemi COVID-19 berlangsung. Selain itu, ruang fisik untuk belajar juga menambah kecemasan.

"Anak-anak hancur. Saya benar-benar merasa kasihan pada mereka, tidak ada yang tersisa di dalam diri mereka," ungkap seorang guru di sekolah internasional yang enggan disebutkan identitasnya.

Sebagai informasi, Hong Kong saat ini tengah mengejar strategi "dinamis nol COVID-19" yang mirip dengan Tiongkok daratan dengan tujuan untuk memberantas wabah apapun alih-alih mencoba hidup berdampingan dengan virus tersebut seperti negara lain. Di sisi lain, sejak awal Februari, infeksi harian sendiri telah melonjak sekitar 70 kali lipat.

Di sisi lain, Belinda Greer selaku Kepala Eksekutif Yayasan Sekolah Bahasa Inggris yang memiliki 18 ribu murid di 22 sekolah, bertemu dengan pejabat Biro Pendidikan (EDB) pada Rabu (23/2), dan mengatakan pihaknya telah menyampaikan keprihatinan dan bekerja untuk meminimalkan gangguan belajar. Ia mengatakan untuk siswa yang mengikuti ujian eksternal pada tahun ini akan ada fleksibilitas.

(wk/tiar)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru