Jadi Tradisi Turun Temurun,  Seperti Apa Akar Kisah Pawang Hujan di Indonesia?
Instagram/rara_cahayatarotindigo
SerbaSerbi

Pawang Hujan adalah salah satu profesi yang masih dipercaya oleh masyarakat Tanah Air untuk mengendalikan, menghentikan bahkan memanggil hujan. Berikut penjelasan menarik terkait pawang hujan yang telah diulas WowKeren.

WowKeren - Seiring dengan musim hujan tiba, tidak sedikit masyarakat Tanah Air yang asing dengan jasa satu sosok yang dinilai ampuh mengendalikan cuaca saat menggelar hajat atau acara penting. Sosok itu dikenal sebagai pawang hujan. Turut dilibatkan dalam kegiatan guna melancarkan acara, profesi pawang hujan telah mengakar kuat dalam berbagai tradisi masyarakat Tanah Air. Mereka percaya bahwa pawang hujan dapat mendatangkan maupun mencegah dan menghentikan hujan.

Tak cuman terkenal di kalangan masyarakat awam, jasa pawang hujan ternyata juga pernah dimanfaatkan oleh pemerintah Indonesia. Ternyata acara pelantikan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin pada 2019 lalu juga menggunakan jasa pawang hujan Sosok Raden Roro Istiati Wulandari adalah pawang hujan terpilih yang dipercaya dapat menunda terjadinya hujan selama pelantikan Presiden Joko Widodo.

Nah, baru-baru ini, masyarakat dihebohkan dengan nama Rara yang ikut andil menyukseskan acara MotoGP Mandalika 2022. Sosok Rara viral terekam kamera usai diminta panitia MotoGP untuk melakukan ritual di area pit lane guna menangani hujan deras yang melanda Pertamina Mandalika International Street Circuit sesaat sebelum MotoGP digelar. Tak khayal, aksi Rara melakukan ritual pawang hujan di Sirkuit Mandalika itu menarik perhatian para pebalap, kru serta para penonton.


Hebohnya aksi Rara ini pun menuai pro kontra di masyarakat. Tak sedikit yang menyayangkan aksi Rara ini karena anggapan acara dengan level internasional seperti ini tak seharusnya diikuti oleh ritual-ritual penolakan hujan. Namun, banyak juga yang pro dengan dihadirkannya pawang hujan karena merupakan tradisi turun-temurun dan sudah ada sejak lama.

"Pawang hujan kok dibilang sirik dan klenik? Profesi itu sudah ada ratusan tahun, dan sampai sekarang masih digeluti banyak orang. Hanya karena mereka punya ilmu yang kita tidak tahu, masak dibilang gitu," bunyi salah satu pembelaan.

Lalu apa benar pawang hujan bisa memanipulasi cuaca? Dalam artikel ini, WowKeren mengulas mengenai asal-usul pawang hujan dari berbagai daerah dan tradisi di Indonesia termasuk pendapat mengenai kebenaran pawang hujan. Yuk, simak detail-nya.

(wk/Sisi)

1. Asal-Usul Keberadaan Pawang Hujan Di Setiap Daerah


Asal-Usul Keberadaan Pawang Hujan Di Setiap Daerah
Instagram/motogp

Ekistensi pawang hujan sendiri dapat diteluri dari tradisi sejumlah daerah. Dalam cerita rakyat Betawi contohnya. Masyarakat mempercayai adanya sepasang dewa-dewi yang dikenal sebagai nenek dan aki Bontot. Nenek dan aki Bontot disebutkan dulunya pernah mengajari manusia untuk mengenali tanda-tanda alam dan memperkenalkan ilmu gaib.

Dari cerita itulah kemudian rakyat Betawi mempercayai adanya pawang hujan. Hal tersebut turut dibenarkan oleh budayawan Betawi, Yahya Andi Saputra. Ia menjelaskan bahwa pawang hujan di Betawi akrab disebut sebagai dukun pengkeng. Dukun pengkeng biasanya akan dipanggil untuk menyukseskan acara penting seperi hajatan atau karnaval dengan cara memindahkan hujan ke suatu tempat.

"Yang begini sudah muncul jauh-jauh hari. Zaman Hindu-Budha, zaman sebelum Islam. Jadi sudah cukup tua ilmu perdukunan ini," kata Yahya. "Dia mempunyai kewajiban juga untuk menyukseskan acara resepsi itu dengan cara membaca rapal-rapal untuk mengalihkan, memindahkan hujan ke lain tempat."

Lainnya halnya dengan Betawi, masyarat Jawa biasanya lebih mempercayai pawang hujan berdasarkan primbon. Dari primbon tersebut ditemukan berbagai cara atau tradisi untuk mengendalikan hujan. Hal itu didukung oleh penjelasan budayawan Jawa Prapto Yuwono. Prapto mencontohkan beberapa cara yang tertulis di primbon Jawa itu salah satunya adalah kepercayaan bahwa melemparkan celana dalam perempuan di atas genteng dapat menolak hujan. Selain itu, juga ada tradisi menusuk cabai dan bawang untuk kemudian dilemparkan di atas genteng pula.

"Kalau orang Jawa itu bukan orang atau dukun, tetapi dia lihat primbon," kata Prapto Yuwono. "Termasuk yang dilemparkan ke atas genteng itu sebenarnya sajen juga."

Disamping itu orang Jawa juga mengenal orang-orang pintar yang dianggap bisa memindahkan hujan. Mereka adalah para sesepuh yang dimintai doa oleh orang-orang yang memiliki hajatan dan acara tertentu. Prapto menyebut para sesepuh biasanya dipercaya memiliki mantra dan doa untuk mempengaruhi alam.

"Karena dia punya mantra, punya doa. Kalau orang semacam itu khas kesaktiannya itu dari apa yang diucapkan dia itu punya pengaruh kepada alam," jelas Prapto.

Sementara di Bali, pawang hujan dikenal dengan istilah Nerang Hujan. Biasanya prosesi nerang hujan akan dilakukan sebelum acara-acara besar dimulai. Pawang hujan di Bali umumnya menggunakan berbagai macam sajen. Orang yang dipercaya dapat mengendalikan hujan itu kemudian akan membacakan mantra guna meminta dewa menghentikan atau mendatangkan hujan.

Tak hanya di Indonesia, pawang hujan juga dikenal di luar negeri. Seperti cerita Mbah Gofur Purnomo, seorang pawang hujan legendaris asal Surabaya. Ia menceritakan bahwa selama 3 dekade dirinya sudah banyak mengatur cuaca dalam acara besar seperti sepak bola dan lainnya. Bukan hanya di pulau jawa, ia juga sudah dikenal hingga luar pulau bahkan negeri seperti Sumatera, Papua, Malaysia, India, Maladewa dan acara pantai di Amerika Serikat

2. Jadi, Perlu Gak Sih Kita Pakai Pawang Hujan?


Jadi, Perlu Gak Sih Kita Pakai Pawang Hujan?
Instagram/rara_cahayatarotindigo

Tak sedikit masyarakat Tanah Air yang masih mempercayai kekuatan dari pawang hujan. Kebanyakan pawang hujan biasanya akan menggeser turunnya hujan ke tempat lain atau laut. Sebenarnya, bukan hujan yang dipindahkan oleh pawang hujan melainkan awan yang menyebabkan hujan.

Beberapa pawang dikatakan memiliki kemampuan telekinesis yaitu kekuatan atau tenaga dalam untuk memindahkan benda dengan pikiran. Tentunya kemampuan telekinesis para pawang hujan juga didukung oleh kekuatan doa dan rapalan mantra yang mereka miliki.

Hal itu didukung oleh pengakuan salah satu pawang hujan bernama Mbah Bejo. "Tiap pawang akan melakukan survei lokasi. Apakah sedang musim hujan atau enggak. Pawang yang profesional selalu menggeser hujan ke arah laut," kata Mbah Bejo. "Secara umum yang ditahan atau digeser adalah awan penyebab hujan. Bukan hujannya."

Menariknya, Mbah Bejo mengatakan bahwa pawang hujan yang menggunakan sesajen, kemenyan, atau instrumen lainnya biasanya mereka memanfaatkan jasa khodam atau jin pembantu "Jika ada pawang hujan menggunakan sesaji, membakar kemenyan, memasang bawang, cabe di sapu lidi, biasanya itu memanfaatkan khodam (jin pembantu)," jelas Mbak Bejo.

Sedangkan menurut pengakuan Om Hao seorang youtuber Kisah Tanah Jawa, menyebutkan jika ada dua sudut pandang mengenai kebenaran apakah pawang hujan memang efektif atau tidak. Ia menjelaskan jika faktor pertama adalah keberuntungan dari sang pawang saat tengah 'bekerja'. Lalu yang kedua adalah memang benar adanya bantuan metafisika yang dilibatkan dalam hal tersebut.

Om Hao juga memberikan contoh pada saat itu ada sebuah proyek yang sedang dibangun, dan vendor dari proyek tersebut meminta bantuan pada seorang pawang hujan agar aktivitas mereka tidak terhambat oleh cuaca.

Saat itu Om Hao mengatakan jika terdapat sebuah sesajen dan sosdor yang kemudian ditembakan ke atas tenda acara, yang mana sosdor tersebut adalah hal metafisika yang ternyata berfungsi untuk memindahkan awan ke tempat lain.

Berbicara tentang pawang hujan, hingga saat ini ada banyak masyarakat yang percaya dan tidak percaya dengan kinerja pawang hujan. Namun, di sisi lain dalam ilmu ilmiah juga dijelaskan jika manusia bisa menggeser atau menggerakan awan agar dapat memanipulasi cuaca di titik tertentu.

Tentu hal tersebut dilakukan dengan teknik ilmiah, seperti pada tahun 2013 Indonesia pernah melakukan upaya 'manipulasi' kondisi cuaca secara masal guna menghindari resiko banjir Jakarta. Pemerintah bersama ahli terkait menaburkan NaCL atau bubuk garam ke awan menggunakan pesawat guna mengarahkan hujan agar segera jatuh ke laut dan tak bergerak ke pemukiman warga.

Tak cuman di Indonesia, menurut CBC, China dilaporkan juga pernah melakukan strategi ilmiah untuk mencegah hujan turun selama Olimpiade 2008. China menembak roket ke udara dengan tujuan mengusir awan sehingga mencegah terjadinya hujan.

So percaya maupun tidak adalah pilihan masing-masing individu, namun melestarikan sejarah dan tradisi juga bagian dari tugas kita. Tak harus diikuti tetapi perlu untuk diketahui, jika ternyata Indonesia akan kaya budaya yang luar biasa, bahkan sampai mendapatkan apresiasi dan sorotan dari masyarakat dunia.

Nah berikut penjelasan singkat WowKeren tentang pawang hujan ya. So, kalian termasuk salah satu yang mempercayai kemampuan pawang hujan atau memang pernah memanfaatkan jasa mereka nih?

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel