Warga Kelas Menengah Tiongkok Berencana 'Melarikan Diri' ke Luar Negeri Imbas Aturan Ketat COVID-19
AP/Mark Schiefelbein
Dunia

Konsultan imigrasi yang berbasis di Beijing, Guo Shize, mengaku bahwa perusahaannya telah mendapat ledakan permintaan sejak bulan Maret. Klien Shanghai perusahaannya juga naik tiga kali lipat.

WowKeren - Pembatasan ketat untuk melawan pandemi COVID-19 di Tiongkok membuat sejumlah warga merasa tertekan dan bahkan ingin "melarikan diri". Salah satunya adalah Alan Li (bukan nama sebenarnya) yang tidak bisa membayangkan masa depan keluarganya di Tiongkok usai aturan keras COVID-19 menghancurkan bisnisnya hingga menjungkirbalikkan pendidikan putranya.

Setelah berbulan-bulan hidup di bawah lockdown di Shanghai, Li berencana menutup bisnisnya dan pindah ke Hongaria. Di sana, ia melihat peluang yang lebih baik dan putranya yang berusia 13 tahun dapat bersekolah di sekolah internasional.

"Kekalahan kami tahun ini berarti sudah berakhir bagi kami," tutur Li kepada AFP. "Kami telah menggunakan tabungan tunai kami sendiri untuk membayar 400 pekerja (selama lockdown). Bagaimana jika itu terjadi lagi musim dingin ini?"

Li frustrasi karena sekolah bilingual putranya yang mahal sebagian besar menerapkan pembelajaran online selama dua tahun. Ia juga cemas tentang cara Beijing memperketat pengawasan kurikulum.

"Ini adalah pemborosan masa muda anak-anak kita," ujarnya.

Adapun Li yang cukup kaya mampu mengambil keuntungan dari skema investasi Eropa dan memberikannya tempat tinggal di Budapest. "Banyak orang tahu bahwa jika mereka menjual semua aset mereka, mereka bisa 'berbaring datar' di negara Eropa," tuturnya.


Sementara itu, konsultan imigrasi yang berbasis di Beijing, Guo Shize, mengaku bahwa perusahaannya telah mendapat ledakan permintaan sejak bulan Maret. Klien Shanghai perusahaannya juga naik tiga kali lipat.

Meski aturan lockdown telah dilonggarkan, permintaan terus membanjiri lebih dari dua kali lipat dari biasanya. "Begitu percikan itu menyala di benak orang, itu tidak akan mati dengan cepat," katanya.

Sensor telah berusaha untuk menekan diskusi tentang emigrasi. Penelusuran terkait emigrasi di aplikasi perpesanan WeChat bahkan memuncak selama lockdown Shanghai.

Tetapi karena semakin banyak orang mempertimbangkan cara untuk pergi, Beijing telah menggandakan kebijakan keluar yang ketat untuk warga negara Tiongkok. Semua perjalanan "yang tidak perlu" ke luar negeri telah dilarang. Perpanjangan paspor telah dihentikan, dengan pihak berwenang menyalahkan risiko COVID-19 dibawa ke negara itu.

Pada paruh pertama tahun 2021, otoritas imigrasi hanya mengeluarkan dua persen dari paspor yang diberikan pada periode yang sama tahun 2019. Seorang wanita yang beremigrasi ke Jerman mengatakan bahwa dia menerima lusinan pesan dari orang-orang Tiongkok yang mencari tip untuk melarikan diri. Wanita itu mencoba membantu seorang kerabat mendapatkan paspor baru untuk bekerja di Eropa, tetapi lamaran itu ditolak.

"Ini seperti menjadi seorang anak yang ingin pergi ke rumah teman mereka untuk bermain tetapi orangtua mereka tidak mengizinkan mereka pergi," tuturnya.

(wk/Bert)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait