BNPB: 22 Alat Deteksi Tsunami Indonesia Sudah Tak Berfungsi Sejak 2012
Nasional

Adanya aksi vandalisme serta keterbatasan biaya untuk pemeliharaan menjadi sebab kerusakan alat deteksi tsunami.

WowKeren - Kebutuhan Indonesia akan alat pendeteksi tsunami sangatlah tinggi. Hal ini mengingat wilayah Indonesia yang rawan tsunami. Sayangnya, alat pendeteksi tsunami yang ada di Indoensia sudah tidak berfungsi lagi.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan Indonesia memiliki 22 alat deteksi tsunami atau buoy. Namun, alat tersebut sudah tidak dapat beroperasi lagi sejak 2012.

“Dulu Indonesia memiliki jaringan tsunami sebanyak 22 buoy tsunami. Yang dibangun oleh Indonesia ada 8 unit, Jerman 10 unit, Malaysia 2 unit, dan Amerika Serikat 2 unit,” terang Sutopo di Graha BNPB Jakarta, Rabu (25/12). “Buoy tsunami itu dibuat sejak 2008, sudah tidak beroperasi lagi sejak 2012.”

Biaya yang diperlukan untuk pemeliharaan dan operasi buoy tsunami memang tak sedikit. Tak hanya keterbatasan biaya, adanya aksi vandalisme oleh pihak tak bertanggung jawab juga menjadi penyebab buoy tsunami kehilangan fungsinya.

Harga satu buah alat pendeteksi tsunami juga tak bisa dibilang murah. Untuk satu unitnya saja, pemerintah harus menganggarkan dana Rp 7,8 miliar. Jumlah ini hampir dua kali lipat jika buoy dibuat sendiri di Indonesia. Hanya diperlukan biaya sebesar Rp 4 miliar untuk membuat satu unit buoy.


“Saya pernah bertanya kepada BPPT tentang berapa harga satu unit buoy kalau dibeli dari Amerika,” lanjut Sutopo. “Ternyata, harganya Rp 7,8 miliar. Sementara kalau kita bikin sendiri, 1 unit hanya Rp 4 miliar.”

Meskipun begitu, Rp4 miliar bukanlah angka yang kecil mengingat Indonesia tidak hanya memerlukan satu unit buoy. Sutopo menambahkan bahwa jika Indonesia memerlukan 25 unit buoy untuk dipasang di seluruh wilayah nusantara, maka pemerintah harus menganggarkan dana sebesar Rp 100 miliar.

“Ya, kalau kita butuh sekitar 25 unit untuk seluruh wilayah Indonesia,” imbuh Sutopo. “Untuk buoy saja minimal butuh Rp 100 miliar.”

Sutopo menambahkan bahwa saat ini, Indonesia hanya mengandalkan 5 buoy tsunami milik negara lain yang tersebar di sekitar nusantara. Lima buoy tersebut merupakan milik India, Thailand, Amerika Serikat, dan Australia.

“Saat ini kita hanya mengandalkan 5 buoy tsunami milik internasional di sekitar wilayah Indonesia,” jelas Sutopo. “Yaitu 1 unit di barat Aceh (milik India), 1 unit di Laut Andaman (milik Thailand), 2 unit di selatan Sumba dekat Australia (milik Australia), dan 1 unit lagi di utara Papua (milik AS).”

(wk/wahy)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait