Aktivitas Tremor Masih Tinggi, Gunung Anak Krakatau Alami Gempa 60 Kali
Nasional

Meskipun aktivitas erupsi dilaporkan sempat menurun beberapa hari lalu, Gunung Anak Krakatau kembali tercatat mengalami 60 kali gempa letusan.

WowKeren - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) masih terus mamantau aktivitas Gunung Anak Krakatau. Meskipun beberapa hari lalu sempat dilaporkan bahwa aktivitas erupsi sudah menurun, ternyata aktivitas yang menyebabkan getaran masih belum berhenti.

PVMBG menyebutkan bahwa sepanjang Rabu (2/1) hingga Kamis (3/1) dini hari gunung api tersebut mengalami 60 gempa letusan dan 32 gempa embusan, serta satu kali gempa tektonik. Gempa letusan yang terjadi memiliki amplitudo 16-30 mm dengan durasi 38-120 detik.

Data yang didapat dari Stasiun Sertung di Selat Sunda juga menunjukkan bahwa aktivitas tremor masih aktif di gunung tersebut. Selama Rabu (3/1) siang hingga malam, Pos Pengamatan memantau adanya asap kawah dengan ketinggian berkisar antara 200-1500 meter.

Asap tersebut berwarna putih, kelabu, hingga hitam dan memiliki tekanan sedang hingga kuat. Oleh sebab itu, status gunung api ini masih berada di level Siaga. Warga diminta untuk tidak melakukan aktivitas dalam radius lima kilometer dari kawah.


“Dari kemarin hingga pagi ini visual gunungapi terlihat jelas hingga tertutup kabut,” tulis PVMBG di situs resminya pada Kamis (3/1). “Asap kawah teramati dengan tinggi sekitar 200 - 1500 meter dari puncak berwarna putih tipis - kelabu. Angin bertiup sedang ke arah barat daya, timur laut dan timur.”

Untuk mengantisipasi dampak kerusakan akibat erupsi yang mungkin ditimbulkan Anak Krakatau, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah memasang sensor curah hujan dan juga sensor water level. Sensor tersebut dipasang di Pulau Sebesi yang ada di Selat Sunda.

Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, Daryono, mengatakan bahwa hingga saat ini belum ada sistem peringatan dini tsunami yang diakibatkan oleh longsor lereng vulkanik. Oleh sebab itu pihaknya berupaya merintis Indonesia Seismic Information System (InaSEIS).

Sistem tersebut dirancang untuk memberi peringatan dini tsunami yang disebabkan oleh longsor lereng vulkanik. Sistem ini dioperasikan di Selat Sunda dan berbasis pemantauan intensitas gempa dalam skala lokal.

(wk/wahy)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait