Mendikbud Sebut Kurikulum Kebencanaan Masuk Pendidikan Karakter, Ini Kata BNPB
Nasional

BNPB kurang setuju jika kurikulum kebencanaan dimasukkan ke dalam pendidikan karakter.

WowKeren - Maraknya bencana alam yang terjadi di Indonesia membuat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhadjir Effendy, berinisiatif untuk memasukkan kurikulum kebencanaan ke Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPPK). Namun, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) kurang setuju akan hal ini.

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, meminta Mendikbud untuk mempertimbangkan kembali rencana tersebut. Sebab menurutnya, pendidikan karakter sendiri sudah banyak muatan yang diajarkan, seperti soal terorisme, bela negara, dan narkoba.

“Harap dipertimbangkan kembali rencana Mendikbud yang hendak memasukkan pendidikan kebencanaan di mata pelajaran pendidikan karakter karena tidak akan fokus,” kata Sutopo di kantor BNPB di Jakarta Timur pada Rabu (2/1). “Sebab, pendidikan karakter terlalu banyak muatannya, seperti narkoba, terorisme, bela negara.”

Sutopo melanjutkan, kurikulum kebencanaan tidak perlu dijadikan mata pelajaran baru. Sebaiknya, kurikulum tersebut akan lebih baik jika dimasukkan ke dalam mata pelajaran Geografi. Hal ini mengingat materi yang ada dalam pelajaran geografi sangat erat kaitannya dengan kebencanaan.


Berdasarkan konsultasi dengan para ahli, ia menyarankan agar pendidikan Geografi dijadikan sebagai mata pelajaran wajib mulai jenjang Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA). Sebab, saat ini pelajaran Geografi di jenjang SMA hanya dijadikan mata pelajaran wajib bagi siswa yang mengambil ilmu sosial.

“Jadikan Geografi sebagai mata pelajaran wajib untuk jenjang SD/MI dan SMP/MTs, dimasukkan ke dalam pelajaran IPS,” jelas Sutopo. “Untuk SMA, SMK, dan MA di mata pelajaran Geografi akan lebih mudah mewadahi pendidikan kebencanaan.”

Lebih jauh, Sutopo menambahkan bahwa pendidikan kebencanaan sebaiknya dijadikan mata pelajaran muatan lokal (mulok). Alasannya, setiap daerah di Indoensia memiliki ancaman bencana yang berbeda-beda sehingga mulok akan disesuaikan dengan tingkat ancaman bencana di daerah setempat.

“Jadi mulok (muatan lokal) tadi disesuaikan dengan tingkat ancamannya,” terang Sutopo. “Bagi masyarakat sekitar Aceh, Sumatera Utara, Bengkulu, yang paling banyak tentang gempa bumi dan ancaman tsunami, karena ancaman paling banyak di sana.”

(wk/wahy)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terbaru