Hasil Kajian The Habibie Center Sebut 70 Persen Insiden Terorisme Terpusat di Pulau Jawa
Nasional

Dari hasil kajian yang di lakukan oleh Habibie Center (THC), ditemukan pola kekerasan dan ancaman terorisme di Indonesia sepanjang 2017-2018 terpusat di Pulau Jawa. Dengan presentase sebesar 70 persen.

WowKeren - Menurut hasil kajian The Habibie Center (THC), ditemukan pola kekerasan dan ancaman terorisme di Indonesia sepanjang 2017-2018 terpusat di Pulau Jawa. Bahkan menurut data tersebut telah tercatat sebanyak 70 persen insiden terorisme terjadi di Jawa.

"Insiden terorisme di Indonesia sangat terpusat di Pulau Jawa. Sepanjang 2017-2018, sebagian besar atau 70 persen insiden terorisme terjadi di Jawa, yakni DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur," ujar Direktur Program dan Riset THC Muhammad Hasan Ansori saat ditemui di Hotel Century, Jakarta Selatan, Selasa (20/8).

Maka dari itu, Hasan menyebutkan jika upaya pencegahan terorisme terkonsentrasi di Pulau Jawa. Karena sebanyak 68 persen kegiatan pencegahan terorisme berlokasi di provinsi-provinsi di Pulau Jawa.

Di Pulau Jawa sendiri terdapat empat provinsi yang sangat dominan dalam kegiatan pencegahan, yakni DKI Jakarta (60 kegiatan), Jawa Timur (27 kegiatan), Jawa Barat (24 kegiatan), dan Jawa Tengah (22 kegiatan). Adapun wilayah lain di Luar Jawa yang memiliki jumlah kegiatan pencegahan terorismenya cukup signifikan adalah Sumatera Utara dan Sumatera Barat.


Sayangnya, hingga saat ini wilayah Papua dan Papua Barat masih belum mendapatkan sentuhan kegiatan-kegiatan pencegahan. Hasan juga menambahkan jika pencegahan terorisme di Indonesia masih dominan dilakukan di pemerintah pusat.

Sebelumnya, Direktur Program dan Riset The Habibie Center mengungkap jika rekrutmen teroris di Indonesia pada umumnya dilakukan melalui empat cara. Hal itu diketahui dari beberapa orang yang telah menjadi mantan teroris.

Empat cara yang dimaksud adalah personal face to face (secara mandiri dan bertemu langsung), public face to face (secara publik dengan tatap muka langsung), personal mediated (secara mandiri melalui perantara), dan public mediated (secara publik melalui perantara).

Beberapa mantan teroris mengaku jika kebanyakan dari mereka menjadi teroris setelah diajak oleh anggota keluarga atau melihat aksi keluarganya langsung. Ada juga yang menjadi teroris karena memiliki pemahaman radikalisme yang sama dengan ajaran atau ceramah di publik tertentu.

Selain itu ada pula perekrutan yang dilakukan melalui perantara pesan telepon, surat elektronik, maupun media sosial. Terakhir, orang-orang Indonesia yang memutuskan menjadi teroris setelah mendapatkan informasi terkait terorisme melalui media sosial, salah satunya Youtube.

(wk/wahy)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait