Warga Sekitar Pabrik Tahu Pengguna Plastik Impor Akui Sering Sesak Napas
Nasional

Masyarakat sekitar pabrik tahu di Siodarjo yang menggunakan limbah plastik impor mengaku bahwa dulunya mereka sering merasa sesak napas karena pembakaran limbah tersebut.

WowKeren - Masyarakat sempat dihebohkan dengan kabar pemakaian limbah plastik impor sebagai bahan bakar pembuatan tahu di sentra industri Desa Tropodo, Kecamatan Krian, Sidoarjo, Jawa Timur. Bahkan, kabar tersebut disorot oleh salah satu Media Amerika Serikat.

Ternyata, penggunaan bahan bakar plastik tersebut pun berakibat buruk bagi warga setempat. Beberapa dari mereka mengaku bahwa sempat sering merasa sesak napas. Namun, karena sudah terbiasa dengan polusi udara di sekitarnya, mereka pun sudah tidak merasakannya.

"Sekarang anak-anak tidak mengeluh karena sudah biasa," ujar Yanti yang dilansir Kompas pada Rabu (27/11). "Tapi kalau pagi tidak keluar, karena asapnya sedang banyak-banyaknya keluar. Jadi keluar untuk bermain baru sore hari."

Hal senada juga diceritakan Sarmadi yang bahkan kerap merasakan sesak nafas sehingga harus periksa ke rumah sakit. "Saya sering sesak napas dan harus bolak-balik periksa ke rumah sakit. Apalagi asapnya itu sangat menyengat," kata saat diwawancarai wartawan pada Rabu (27/11).


Tak hanya menggunakan sampah limbah plastik impor, menurut Sarmadi, pengusaha pabrik tahu juga pernah memakai bekas ban dan karet untuk perapian sehingga menghasilkan asap yang pekat. "Tapi itu dulu pakai ban dan karet, sekarang sudah ganti ke plastik. Kalau dulu asapnya lebih banyak, sekarang sih agak berkurang," ujarnya.

Waraga lainnya yakni Yuli mengatasi asap tersebut dengan menggunakan masker agak tidak terpapar asap pembakaran dari pabrik tahu. Namun, ia tetap berharap agar para pengusaha pabrik tahu beralih ke bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan. "Kasihan lah warga, masak setiap hari harus pakai masker terus," katanya.

Sementara itu, setelah dilakukan wawancara lebih lanjut, terungkap fakta bahwa penggunaan limbah plastik impor sebagai bahan bakar pembuatan tahu itu sudah berjalan selama 20 tahun. Namun, selama itu pemerintah setempat tidak menegur maupun memberikan solusi.

Para pengusaha tahu mengaku terpaksa menggunakan plastik karena dapat menghemat biaya produksi. Hal ini akhirnya membuat harga tahu dapat bersaing karena produksi bahan bakar yang dikeluarkan tidak menguras biaya besar.

"Saya punya pabrik tahu sudah berjalan tiga tahun dan sejak awal menggunakan sampah plastik," ungkap Gufron, salah satu pengusaha tahu. "Kenapa menggunakan sampah plastik, ya karena lebih murah, lebih cepat panas, lebih kuat dan lebih lama habis," imbuhnya.

(wk/wahy)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait