Mahfud MD: SDM Unggul Bukan Cuma Sarjana, Tapi Orang Baik Budi
Nasional

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD menjelaskan tentang kriteria Sumber Daya Manusia (SDM) yang dianggap unggul.

WowKeren - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD baru-baru ini berbicara mengenai Sumber Daya Manusia (SDM) unggul. Ia memiliki kriteria tersendiri terkait SDM yang dikategorikan unggul.

Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) ini mengatakan jika SDM yang unggul tidak hanya dinilai dari gelar sarjana semata. Menurutnya, SDM unggul harus ditambah dengan sujana yaitu orang yang pandai dan baik budi.

"SDM unggul itu kalau dalam bahasa akademisnya itu lebih dari sekadar sarjana," ungkap Mahfud dalam acara forum komunikasi dan koordinasi Keluarga Mahasiswa dan Alumni Penerima Beasiswa Supersemar (KMA-PBS) di Hotel Sari Pan Pasific, Jakarta Pusat pada Selasa (10/3). "Sarjana itu orang hebat, punya ukuran atau kualifikasi keahlian yang terukur ditandai oleh ijazah seperti sarjana S1, sarjana S2, sarjana S3."

"Tapi itu belum tentu unggul. Oleh sebab itu dulu rektor UGM yang pertama, Profesor Sardjito itu mengatakan tak cukup anda menjadi sarjana, tapi jadilah sarjana yang sujana," sambungnya. "Sarjana yang sujono. Apa itu? Sarjono sing sujono, sarjana yang sujana. Yaitu, orang yang pandai dan baik budi."


Bukan tanpa sebab Mahfud menyampaikan hal tersebut. Pasalnya, ia cukup prihatin saat ini banyak orang yang pandai namun tak berbudi. Selain itu, ia juga mengatakan jika sekarang juga banyak orang berbudi namun bodoh.

Mahfud lantas menjelaskan yang dimaksud dengan baik budi adalah cendekia. Oleh sebab itu, ia mengajak masyarakat agar bisa seimbang dengan menjadi cendikiawan yang menurutnya berbeda jauh dengan sarjana.

"Tapi kalau intelektual cendikiawan, anda punya kehebatan skill, keahlian, pemikiran," jelas Mahfud. Anda juga punya kemuliaan watak untuk bertanggung jawab bagi kemajuan bangsa dan negara."

"Itulah yang di dalam konstitusi kita itu disebut pendidikan di Indonesia itu ditujukan untuk untuk mencerdaskan kehidupan, bukan mencerdaskan otak," sambungnya. "Coba dilihat Undang-Undang Dasar, mencerdaskan kehidupan bangsa, apa artinya? Artinya otak dan watak."

(wk/lian)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait